Chat WhatsApp
Info Beasiswa
Semarang Ungaran Ambarawa Kendal Weleri Kaliwungu Salatiga Pusat Ensiklopedia
Brosur PMB Universitas
Pendaftaran Online
  • Home
  • Maksud dan Tujuan
  • Pendaftaran Mahasiswa
  • Kampus Maps
  • Program Studi
  • Uang/Biaya Perkuliahan
  • Apa Keunggulannya
  • Pelaksanaan Pendidikan
  • Batas Waktu Kuliah
  1. Ensiklopedia Dunia
  2. Nyadran
Nyadran
KLIK DISINI UNTUK MELIHAT PENGUMUMAN SBMPTN 2022
Nyadran Tawang Laut di Desa Gempolsewu, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah.

Nyadran adalah serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah.[1] Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan.[2] Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan.[2] Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban.[1] Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.[3]

Pelaksanaan

Nyadran di Temanggung, Jawa Tengah.

Nyadran merupakan salah satu tradisi dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.[4] Kegiatan yang biasa dilakukan saat Nyadran atau Ruwahan adalah:

  • Menyelenggarakan kenduri, dengan pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, dan doa, kemudian ditutup dengan makan bersama.[1]
  • Melakukan besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan.[1]
  • Melakukan upacara ziarah kubur, dengan mendoakan keluarga atau kerabat yang telah meninggal di area makam.[1]

Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya'ban.[4] Dalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga, terutama bunga telasih. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanay hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi.[1] Para masyarakat yang mengikuti Nyadran biasnya berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal.[4] Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang.[4] Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri.[4] Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.[4]

Sejarah

Nyadran berasal dari tradisi Hindu-Budha.[1] Sejak abad ke-15 para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan mudah diterima.[2] Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agama Islam yang dinilai musyrik.[1] Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelaraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa.[1] Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i "Nyadran Upacara Kenduri Masyarakat Jawa". wartamadani.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-28. Diakses tanggal 26 Mei 2014.23.30.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
  2. ^ a b c d "Nyadran, Persembahan Rasa Sayang dan Kesetiaan". Kratonpedia.com. Diakses tanggal 27 Mei 2014. 
  3. ^ "Tradisi 'Nyadran' Masih Semarak di Pedesaan". pikiran-rakyat.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-19. Diakses tanggal 27 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f "Tradisi Nyadran, Jalin Kerukunan dengan Sesama". regional.kompas.com. Diakses tanggal 27 Mei 2014. 
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Nyadran.
-->
Pusat Layanan

UNIVERSITAS STEKOM PUSAT
Jl. Majapahit 605 Semarang, Jawa tengah Indonesia
Phone: 081-777-5758
Email: pmb@stekom.ac.id