Zus Ratulangi | |
---|---|
Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat | |
Daerah pemilihan | Sulawesi |
Informasi pribadi | |
Lahir | Bandung, Hindia Belanda | 23 Juli 1922
Meninggal | 15 Februari 2025 Soest, Belanda | (umur 102)
Suami/istri | Wim Pangalila |
Anak | 2 |
Orang tua |
|
Almamater | Universitas Indonesia Universitas Leiden Universitas Amsterdam |
Profesi | Dokter psikatri |
![]() ![]() |
Emilia Agustina Pangalila Ratulangi (23 Juli 1922 – 15 Februari 2025) adalah dokter psikiatri, politisi, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia adalah anaknya Sam Ratulangi.
Riwayat Hidup
Kehidupan awal dan pendidikan
Zus dilahirkan di Bandung pada 23 Juli 1922 dari pasangan campuran Minahasa-Eropa.[1][2] Ayahnya bernama Sam Ratulangi sedangkan ibunya bernama Emilie Suzanne Houtman.[2] Pada masa kecilnya, Sam Ratulangi bercerai dengan Emile sehingga Zus diasuh oleh ayahnya.[3]
Zus kemudian berkuliah di sekolah kedokteran Ika Daigaku.[2] Ia lulus dari Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1948. Pasca penyerahan kedaulatan, Zus mengikuti tes seleksi beasiswa Amerika Serikat. Dari 32 orang, hanya tiga yang keterima, termasuk Zus. Ia mendapatkan beasiswa Amerika Serikat selama dua tahun.[4]
Seusai mendapatkan beasiswa, ia pindah ke Amerika Serikat. Setibanya di Amerika Serikat, ijazah UInya tidak diakui dan ia harus masuk ke sekolah pascasarjana Miles College yang mana tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Namun berkat bantuan USCIS dan juga keahlian dalam renang dan tenis, ia akhirnya keterima dalam program pascasarjana di Klinik Langley Porter . Klink ini merupakan bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas California, San Francisco. Selama berkuliah di Amerika, Zus sering berpresentasi tentang Indonesia dan ikut serta dalam rapat besar Universitas California yang dihadiri oleh Ali Sastroamidjojo.[4]
Pada tahun 1952, Zus berada di New York dan ingin kembali ke Indonesia. Di sana, ia bertemu dengan tokoh pendidikan tinggi Indonesia dan mereka menasehati agar Zus melanjutkan pendidikan spesialisasinya di Belanda. Zus menerima saran dari tokoh pendidikan tinggi dan ia pindah ke Belanda. Kemudian, ia pindah ke Belanda dan sempat mengalami kesulitan untuk pengakuan ijazahnya. Namun berkat bantuan dari Prof Rumke, masalah tersebut dapat diatasi. Ia lalu berkuliah di Universitas Utrecht dan berhasil mendapatkan gelar doktoralnya. Selanjutnya, ia berkuliah di Universitas Leiden mengambil jurusan spesialisasi psikiateri anak dan lulus pada tahun 1959. Ia juga mendapatkan gelar profesor dari Universitas Amsterdam pada tahun 1962.[4]
Aktivitsme dan politik
Selama berkuliah di Ika Daikagu, Zus juga terlibat dalam kegiatan aktivisme yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.[5] Ia berhasil membuat Gerakan Pemuda Minahasa tidak mendukung Jepang dalam Perang Dunia II. Dia juga ikut serta dalam sebuah kongres kepemudaan di Villa Isola yang menghasilkan sebuah satu tuntutan besar yaitu kemerdekaan Indonesia. Zus juga menjadi penghubung antara Ketua Mahasiswa Kristen, Oscar Engelen, dan Sam Ratulangi ketika sila pertama Piagam Jakarta dirilis. Setelah PPKI dibentuk, Zus terlibat dalam menentukan komposisi perwakilan Sulawesi pada organisasi tersebut sebagai perwakilan pemuda.[2] Pada 14 Agustus 1945, Zus memimpin kelompok mahasiswa mengamankan utusan PPKI Sulawesi ke Jalan Prapatan No.10 dengan tujaun agar mereka membujuk Soekarno segara memproklamasikan kemerdekaan.[6]
Setelah proklamasi, Zus terjun ke dunia politik dengan bergabung ke KRIS dan menjadi anggota KNIP. Saat menjadi anggota KNIP, ia menjadi anggota termuda. Dia juga menjadi salah satu tokoh yang menjadi pencetus pembangunan Tugu Proklamasi di mana ia berperan sebagai penghimpun dana konstruksi tugu.[7] Di samping itu juga, ia bersama dengan Setiati ditunjuk oleh Soekarno sebagai anggota Pemuda Puteri Indonesia (PPI) sebagai perwakilan pemuda.[8] Pada tahun 1947, ia pindah ke Jakarta dan diangkat sebagai pemimpin Perkumpulan Mahasiswa Djakarta (PMD).[9]
Karier
Kedokteran
Sebagai mahasiswa kedokteran, ia bersama dengan rekan universitasnya memberikan layanan kesehatan kepada pekerja rōmusha di Bayah dengan obat-obatan dan peralatan yang terbatas.[2] Setelah proklamasi, Zus bergabung ke Palang Merah Indonesia dan turut ikut serta dalam mengembangkan PMI.[2][10][11]
Seusai lulus dari kuliah, ia bekerja sebagai dokter psikiatri kanak-kanak di Amsterdam dan juga menjabat sebagai Kepala Bagian Anak di Gementelijke Universiteit Amsterdam dan Kepala Bagian Epilepsie Centrum Koningin Emma Instituut. Ia juga dikenal sebagai dokter ahli jiwa dan syaraf.[3][11]
Karier lainnya
Selama Sam Ratulangi dalam pengasingan, Zus bertanggung jawab untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Ia bekerja sebagai pembantu Kepala Perpustakaan Layanan Informasi Amerika Serikat di Jakarta.[4]
Kehidupan pribadi dan kematian
Zus menikahi seorang insinyur perkapalan bernama Wim Pangalila pada tahun 1954.[12][1] Ia memiliki dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan.[4]
Zus meninggal dunia di Soest pada 15 Februari 2025 diusianya yang ke-102 tahun. Jenazahnya direncanakan akan dikremasi dan abunya dibawa ke Tondano.[10]
Referensi
- ^ a b De Gooi- en Eemlander, De Gooi- en Eemlander. "'Dankbaar dat ik kon helpen'. Honderdjarige psychiater Emilia Pangalila-Ratulangi uit Soest kent een bijzondere levensgeschiedenis". gooieneemlander.nl. De Gooi- en Eemlander. Diakses tanggal 8 Maret 2025.
- ^ a b c d e f Matanasi, Petrik. "Jasa Zus Ratulangi". historia.id. Historia. Diakses tanggal 8 Maret 2025.
- ^ a b Masjkuri 1985, hlm. 117.
- ^ a b c d e "Puteri Dr. Sam Ratulangi Seorang Profesor"
. Kompas. 24 Juli 1976. Diakses tanggal 18 Maret 2025.
- ^ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1963). Sedjarah perdjuangan pemuda Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 118.
- ^ Ilham, Osa Kurniawan (2020). Pejambon 1945: Konsensus Agung Para Peletak Fondasi Bangsa. Jakarta: Elex Media Komputindo. hlm. 133.
- ^ Ciptoaji, Pulung. "Cerita Peringatan Setahun Kemerdekaan RI di Jakarta, Sangat Tegang". abad.id. Abad. Diakses tanggal 8 Maret 2025.
- ^ Departemen Penerangan, Departemen Penerangan (1958). Buku peringatan 30: i.e. tiga puluh tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, 22 Des. 1928-22 des. 1958. Jakarta: Departemen Penerangan. hlm. 222.
- ^ Masjkuri 1985, hlm. 121.
- ^ a b Tribunnews Manado, Tribunnews Manado. "Berita Duka, Putri Mendiang Pahlawan Sam Ratulangi, Emilia Ratulangi Meninggal Dunia". manado.tribunnews.com. Tribunnews. Diakses tanggal 8 Maret 2025.
- ^ a b Tribun Manado, Tribun Manado. "Sosok Emilia Ratulangi: Putri Pahlawan Nasional Sam Ratulangi, Ahli Psikiatri Terkemuka di Belanda". manado.tribunnews.com. Tribun Manado. Diakses tanggal 8 Maret 2025.
- ^ Masjkuri 1985, hlm. 120.
Bibliografi
- Masjkuri, Masjkuri (1985). DR. GSSJ. RATULANGI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Konten ini disalin dari wikipedia, mohon digunakan dengan bijak.