Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada April 2025. |

Dalam matematika, suatu barisan selang tersarang[1], barisan selang bersarang, atau barisan selang susut[2] dapat dipahami secara intuitif sebagai sekumpulan terurut selang-selang dengan bilangan asli sebagai indeks. Suatu barisan selang disebut sebagai selang bersarang jika memenuhi dua kondisi berikut:
- Setiap selang pada barisan akan termuat pada selang sebelumnya. Secara simbolis, maka untuk setiap
- Panjang selangnya bisa sependek apapun (yang berarti panjangnya akan kurang dari setiap ambang batas setelah suatu indeks )
Dengan kata lain, batas kiri selang hanya dapat bertambah () dan batas kanannya hanya dapat berkurang ().
Secara historis - jauh sebelum ada yang mendefinisikan selang bersarang dalam buku ajar - orang-orang secara implisit mengonstruksikan selang bersarang untuk perhitungan konkret. Misalnya, bangsa Babilonia kuno menemukan metode untuk menghitung akar kuadrat dari suatu bilangan. Selain itu, Archimedes mengonstruksikan barisan segi banyak yang mengapit lingkaran dengan diameter 1 satuan dari luar dan dari dalam, untuk memperoleh batas atas dan batas bawah dri keliling lingkarannya, yaitu bilangan pi .
Motivasi historis
Seperti yang telah disinggung pada bagian pembuka dari artikel ini, selang tersarang (dan algoritma-algoritma terkait) secara historis digunakan sebagai metode untuk melakukan perhitungan spesifik. Beberapa variasi dan interpretasi modern dari teknik-teknik kuno ini diantaranya ialah:
Perhitungan akar kuadrat
Untuk menghitung nilai akar kudrat dari suatu bilangan , jelas bahwa (yang dituliskan dalam notasi teori himpunan, maka ), sehingga dipilih selang . Jika diketahui bilangan kuadrat sempurna selanjutnya (yaitu suatu yang memenuhi pertidaksamaan ), maka dapat dipilih selang .
Selang-selang lainnya (dengan ) dapat didefinisikan secara rekursif dengan membandingkan titik tengah dari (yaitu titik ) dengan nilai . Terdapat dua kasus yang perlu ditinjau, yaitu:
- Jika , maka berlaku rantai pertidaksamaan sehingga pada kasus ini, dapat dipilih .
- Jika , maka berlaku rantai pertidaksamaan sehingga pada kasus ini, dapat dipilih .
Kedua kasus di atas menjamin bahwa . Melalui konstruksi ini, selang-selangnya bersarang dan panjang selang pada setiap langkah rekursinya ialah setengah panjang semula. Akibatnya, nilai batas bawah dan batas atas dari dapat mencapai sembarang tingkat keakuratan yang diperlukan (jika diberikan waktu perhitungan yang cukup).
Jika , maka , sehingga nilai dapat dicari dengan menggunakan algoritma di atas melalui pengubahan variabel , lalu menghitung timbal-baliknya setelah tingkat ketelitian yang diinginkan telah tercapai.
Contoh
Untuk mengilustrasikan algoritma ini, maka akan digunakan sebagai contoh. Perhatikan bahwa , sehingga dapat didefinisikan sebagai selang pertama, sebab termuat pada selang tersebut. Langkah selanjutnya ialah menghitung titik tengah selang untuk menentukan apakah kuadrat nilainya kurang dari 5 atau lebih dari 5, dan memilih batas selang selanjutnya berdasarkan hasil tersebut, sebelum prosesnya diulang:
Setiap kali titik tengah berikutnya dihitung, rentang nilai yang mungkin untuk dapat dipersempit sehingga nilai-nilai yang terdapat pada selangnya akan semakin mendekati nilai sebenarnya dari , yaitu . Dengan kata lain, setiap perubahan beruntun dari batas selang yang memuat akan meningkatkan presisi perkiraan nilai , baik dengan menaikkan batas bawah selangnya, maupun dengan menurunkan batas atas selangnya.
Prosedur ini dapat diulang sebanyak yang diperlukan untuk mencapai tingkat ketelitian yang diinginkan. Secara teori, maka nilai sebenarnya dari akar kuadrat ini dapat digapai dengan mengulangi langkahnya tanpa henti.
Metode Heron
Metode Babilonia menggunakan algoritma yang lebih efisien untuk menghasilkan hampiran dari (dengan ) dengan lebih cepat. Deskripsi modern yang menggunakan selang bersarang mirip dengan algoritma di atas, namun alih-alih menggunakan barisan titik-titik tengah, barisan yang digunakan ialah dengan relasi perulangan dan sembarang nilai awal . Barisan ini menghasilkan barisan selang yang memberikan batas bawah dan batas atas yang akurat dari dengan lebih cepat. Pada penerapannya, cukup barisan yang perlu diperhatikan, yang akan konvergen ke (dan begitu juga batas bawah selangnya). Algoritma ini merupakan kasus khusus dari metode Newton.
Pengukuran lingkaran Archimedes

Seperti yang terlihat pada gambar di bagian kanan, batas bawah dari keliling lingkaran dapat diperoleh melalui keliling segi banyak beraturan dalam lingkaran dan batas atas dari keliling lingkaran dapat diperoleh melalui keliling segi banyak beraturan luar lingkaran. Jika lingkarannya berdiameter 1 satuan, maka berdasarkan definisi dari (yaitu rasio antara keliling lingkaran dengan jari-jarinya), keliling lingkarannya ialah satuan.
Sekitar tahun 250 SM, Archimedes menggunakan segi enam beraturan untuk mencari hampiran nilai , yang panjang sisinya (dan akibatnya, kelilingnya) secara langsung dapat dicari dari panjang diameter lingkarannya. Selain itu, telah ditemukan cara untuk mencari panjang sisi dari segi- beraturan dari panjang sisi segi- yang telah diketahui. Dengan menggandakan banyaknya sisi dari bangun segi banyak nya hingga mencapai 96 sisi, Archimedes memperoleh pertidaksamaan . Batas atas dari pertidaksamaan tersebut (yaitu masih sering digunakan sebagai hampiran kasar namun pragmatis dari .
Sekitar tahun 1600an, metode Archimedes masih menjadi standar emas untuk menghitung nilai dan pernah digunakan oleh matematikawan Belanda Ludolph van Ceulen untuk menghitung lebih dari tiga puluh digit dari , yang memakan waktu puluhan tahun.
Penerapan lainnya
Penggunaan awal dari barisan selang bersarang dapat ditemukan dalam pelopor kalkulus, yaitu turunan dan pengintegralan. Dalam ilmu komputer, barisan selang bersarang digunakan untuk perhitungan numerik. Sebagai contoh, metode bagi-dua dapat digunakan untuk mencari akar dari fungsi-fungsi kontinu.
Konstruksi bilangan riil
Dalam analisis matematis, selang bersarang menyediakan satu metode untuk memperkenalkan bilangan riil secara aksiomatik sebagai pelengkapan dari himpunan semua bilangan rasional, suatu hal diperlukan untuk membahas konsep dari kekontinuan dan keterdiferensialan. Secara historis, penemuan kalkulus diferensial dan integral oleh Isaac Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz dari akhir 1600an merupakan tantangan besar bagi para matematikawan yang mencoba untuk membuktikan metode mereka secara cermat; terlepas kesuksesannya dalam fisika, perekayasaan, dan rumpun ilmu pengetahuan lainnya. Deskripsi aksiomatik dari selang bersarang (atau aksioma lain yang setara) telah menjadi fondasi yang penting untuk pemahaman modern mengenai kalkulus.
Untuk konteks pada artikel ini, yang dilengkapi dengan operasi dan merupakan lapangan terurut Archimedes, yang berarti aksioma urutan dan sifat Archimedes berlaku.
Definisi
Misalkan menyatakan barisan selang tertutup, yaitu , dengan menyatakan panjang selang . Barisan disebut sebagai barisan selang bersarang jika[3]
Jika dideskripsikan dengan menggunakan kata, sifat 1 berarti selang-selangnya bersarang berdasarkan indeknya, sedangkan sifat 2 memformalkan gagasan "panjang selang yang menyusut mendekati 0", yang berarti untuk sembarang konstanta , dapat ditemukan suatu selang (dengan indeks ) yang panjangnya kurang dari bilangan . Perlu dicatat bahwa sifat 1 juga mengakibatkan setiap selang dengn indeks akan memenuhi pertidaksamaan .
Catatan
Beberapa penulis menggunakan istilah selang susut menyebut barisan-barisan selang yang memenuhi kedua sifat di atas. Pada kasus ini, barisan selang bersarang merujuk kepada barisan yang hanya memenuhi sifat 1.
Aksioma kelengkapan
Jika adalah barisan selang bersarang, maka pasti terdapat suatu bilangan riil yang termuat pada setiap selang . Dalam notasi formal, aksioma ini menjamin bahwa
Teorema selang bersarang
Sifat selang bersarang — Jika merupakan barisan selang bersarang, maka terdapat tepat satu bilangan riil yang termuat pada setiap selang .
Akan dibuktikan bahwa elemen yang memenuhi bersifat tunggal melalui kontradiksi.
Diambil sembarang , dengan . Berdasarkan informasi , maka . Oleh karena dan keduanya termuat pada setiap selang , maka berlaku pertidaksamaan untuk setiap . Akan tetapi, hal ini menimbulkan kontradiksi dengan sifat 2 dari definisi selang bersarang. Lebih tepatnya, jika dipilih , maka berlaku rantai pertidaksamaan sehingga didapatkan , yang jelas mustahil terjadi.
Oleh karena terjadi kontradiksi, maka asumsi di awal (bahwasanya ) bernilai salah, sehingga terbukti bahwa terdapat tepat satu bilangan riil yang termuat pada setiap selang . Aksioma kelengkapan menyatakaan bahwa kewujudan bilangan riil tersebut dijamin ada.
Catatan
- Aksioma ini bersifat fundamental untuk bilangan riil, dalam artian bahwa irisan dari suatu barisan selang bersarang bisa saja menghasilkan himpunan kosong, misalnya apabila hanya melibatkan bilangan rasional.
- Aksioma ini ekuivalen dengan kewujudan dari infimum dan supremum, kekonvergenan dari barisan Cauchy, dan teorema Bolzano–Weierstrass. Ini artinya salah satu dari keempat hal tersebut harus diperkenalkan sebagai aksioma, dan tiga lainnya dapat kemudian dibuktikan sebagai teorema.
Akibat langsung dari aksioma
Kewujudan akar
Dengan memperumum algoritma di atas untuk akar kuadrat, maka dapat dibuktikan bahwa pada bilangan riil, persamaan dengan dan dapat diselesaikan sebagai . Hal ini berarti terdapat suatu bilangan riil tunggal sedemikian sehingga . Dibandingkan dengan bagian di atas, barisan yang diperoleh ialah barisan selang bersarang untuk akar ke- dari (yaitu ) dengan memeriksa apakah titik tengah dari selang ke- kurang dari atau lebih dari .
Kewujudan infimum dan supremum pada himpunan terbatas
Definisi
Diberikan suatu himpunan dan suatu bilangan riil dan sedemikian sehingga berlaku Bilangan disebut sebagai supremum dari jika
- merupakan batas atas dari , yaitu
- merupakan batas atas terkecil dari , yaitu
sedangkan bilangan disebut sebagai infimum dari jika
- merupakan batas bawah dari , yaitu
- merupakan batas bawah terbesar dari , yaitu
Teorema
Teorema — Diberikan dan .
- Jika terbatas ke atas, maka memiliki supremum.
- Jika terbatas ke bawah, maka memiliki infimum.
Diambil sembarang himpunan tak kosong yang terbatas ke atas. Dikonstruksikan barisan selang dengan bentuk umum yang memenuhi dua hal berikut:
- merupakan batas atas dari .
- bukan merupakan batas atas dari .
Oleh karena himpunan terbatas ke atas, maka berdasarkan definisi, bilangan terjamin ada. Didefinisikan dan
Berdasarkan definisi yang telah diberikan, maka jelas bahwa barisan merupakan barisan selang bersarang.
Misalkan adalah suatu bilangan yang termuat pada setiap selang . Bilangan terjamin kewujudannya berdasarkan aksioma.
- Akan dibuktikan bahwa merupakan batas atas dari melalui kontradiksi. Andaikan bukan merupakan batas atas dari , maka berdasarkan definisi dari batas atas, terdapat suatu bilangan sedemikian sehingga berlaku . Perhatikan bahwa . Telah diketahui sebelumnya bahwa merupakan barisan selang bersarang. Akibatnya, terdapat suatu selang yang memenuhi pertidaksamaan . Oleh karena , maka berlaku rantai pertidaksamaan yang menunjukkan bahwa bukan merupakan batas atas dari . Akan tetapi, telah didefinisikan sebelumnya bahwa untuk setiap , merupakan batas atas dari himpunan . Oleh karena terjadi kontradiksi, maka asumsi di awal (bahwasanya bukan merupakan batas atas dari himpunan ) bernilai salah, sehingga terbukti bahwa merupakan batas atas dari .
- Akan dibuktikan bahwa merupakan batas atas terkecil melalui kontradiksi. Dengan kata lain, akan dibuktikan bahwa mustahil terdapat batas atas dari himpunan yang kurang dari . Telah diketahui sebelumnya bahwa merupakan barisan selang bersarang. Andaikan bilangan merupakan batas atas dari himpunan dan memenuhi pertidaksamaan , maka terdapat suatu selang yang memenuhi pertidaksamaan . Oleh karena , maka berlaku rantai pertidaksamaan untuk setiap . Akibatnya, merupakan batas atas dari . Akan tetapi, telah didefinisikan sebelumnya bahwa untuk setiap , bukan merupakan batas atas dari himpunan . Oleh karena terjadi kontradiksi, maka asumsi di awal (bahwasanya terdapat batas atas dari himpunan yang kurang dari ) bernilai salah, sehingga terbukti bahwa merupakan batas atas terkecil dari himpunan . Dengan kata lain, terbukti bahwa merupakan supremum dari .
Dengan sedikit modifikasi argumen, maka dapat ditunjukkan bahwa setiap himpunan tak kosong yang terbatas ke bawah akan memiliki infimum.
Catatan
Kewujudan infimum dan supremum pada himpunan terbatas merupakan akibat dari kelengkapan . Hal ini mengakibatkan kewujudan infimum dan supremum pada himpunan terbatas ekuivalen dengan sifat selang bersarang, yang berarti salah satu diantara kedua hal tersebut dapat diperkenalkan sebagai sebuah aksioma.
Teorema — Sifat selang bersarang ekuivalen dengan kewujudan supremum dan infimum dari himpunan terbatas.
Telah dibuktikan sebelumnya bahwa sifat selang bersarang mengakibatkan kewujudan supremum dan infimum dari himpunan terbatas. Pada bagian ini, jika setiap himpunan terbatas dan tak kosong memiliki supremum dan infimum, maka akan dibuktikan bahwa irisan dari barisan selang tertutup bersarang tidaklah kosong.
Diambil sembarang barisan selang tertutup bersarang . Oleh karena merupakan selang tertutup untuk setiap , maka terdapat sedemikian sehingga setiap selang dapat dinyatakan sebagai Diketahui bahwa adalah barisan selang bersarang, maka untuk sembarang , berlaku Akibatnya, merupakan batas atas dari himpunan . Oleh karena terbatas ke atas dan jelas bahwa , maka memiliki supremum. Misalkan .
Diambil sembarang . Perhatikan bahwa sehingga didapatkan , yang berarti merupakan batas atas dari , untuk setiap . Oleh karena merupakan supremum dari , maka berdasarkan definisi, diperoleh
- merupakan batas atas dari , sehingga berlaku untuk setiap .
- merupakan batas atas terkecil dari , sehingga berlaku untuk setiap
Berdasarkan informasi di atas, maka diperoleh sehingga terbukti bahwa irisan dari barisan selang tertutup bersarang tidaklah kosong.
Akibat lanjutan
Setelah mendefinisikan kekonvergenan dan titik akumulasi dari suatu barisan secara formal, maka teorema Bolzano–Weierstrass dapat dibuktikan dengan menggunakan selang bersarang. Selanjutnya, fakta bahwa barisan Cauchy bersifat konvergen (dan setiap barisan konvergen merupakan barisan Cauchy) dapat dibuktikan. Hal ini kemudian menjadi bukti sifat kelengkapan di atas, yang menunjukkan ekuivalensi antara kewujudan dari infimum dan supremum, sifat selang bersarang, kekonvergenan dari barisan Cauchy, dan teorema Bolzano–Weierstrass.
Diskusi lanjutan dari aspek terkait
Tanpa menjelaskan apa yang dimaksud dari kata "selang" , hasil irisan (yaitu himpunan seluruh titik yang termuat pada setiap selang) mungkin saja himpunan kosong , suatu titik pada garis bilangan (yang dikenal dengan istilah singleton) , atau suatu selang.
Kemungkinan dari irisan kosong dapat diilustrasikan melalui barisan selang terbuka berikut: Pada kasus ini, irisan merupakan himpunan kosong, sebab untuk sembarang , terdapat suatu sedemikian sehingga berlaku , yaitu sembarang nilai yang memenuhi pertidaksamaan [4]. Akibatnya, sekecil apapun nilai nya, terdapat suatu selang pada barisan, sedemikian sehingga , yang mengakibatkan hasil irisannya haruslah kosong.
Keadaan tersebut berubah jika selang merupakan selang tertutup, misalnya Jika , maka terdapat suatu selang pada barisan yang tidak memuat , tetapi untuk , pertidaksamaan bernilai benar untuk setiap . Dalam kasus ini, maka .
Lihat juga
Referensi
- ^ "Selang tersarang". Pasti (Padanan Istilah). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses tanggal 28 Maret 2025.
- ^ Riyanto, M. Zaki (2009). PENGANTAR ANALISIS REAL I. hlm. 28.
- ^ Königsberger, Konrad (2004). Analysis 1. Springer. hlm. 11. ISBN 354040371X.
- ^ Hal ini dikenal sebagai sifat Archimedes dari bilangan riil.
- Fridy, J. A. (2000), "3.3 The Nested Intervals Theorem", Introductory Analysis: The Theory of Calculus, Academic Press, hlm. 29, ISBN 9780122676550.
- Shilov, Georgi E. (2012), "1.8 The Principle of Nested Intervals", Elementary Real and Complex Analysis, Dover Books on Mathematics, Courier Dover Publications, hlm. 21–22, ISBN 9780486135007.
- Sohrab, Houshang H. (2003), "Theorem 2.1.5 (Nested Intervals Theorem)", Basic Real Analysis, Springer, hlm. 45, ISBN 9780817642112.
- Königsberger, Konrad (2003), "2.3 Die Vollständigkeit von R (the completeness of the real numbers)", Analysis 1, 6. Auflage (6th edition), Springer-Lehrbuch, Springer, hlm. 10-15, doi:10.1007/978-3-642-18490-1, ISBN 9783642184901
Konten ini disalin dari wikipedia, mohon digunakan dengan bijak.