Medang Kamulan adalah peradaban kuno melegenda, yang dicatat dalam sejumlah literatur. Di antaranya Naskah Bujangga Manik, Naskah Arya Gajah Para, hingga Naskah Pangiwo Panengen. Kerajaan Medang Kamulan pernah berdiri di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tepatnya di Purwodadi, Blora dan Bojonegoro. Literatur tertua tentang Medang Kamulan, dicatat pada catatan perjalanan (naskah) Bujangga Manik yang ditulis pada akhir abad 15 M.
Baris ke-782 dan 783 dari naskah kedua Perjalanan Bujangga Manik dari abad ke-15 menyebutkan bahwa setelah Bujangga Manik meninggalkan Pulutan (sekarang adalah desa di sebelah barat Purwodadi, Jawa Tengah) ia tiba di "Medang Kamulan". Selanjutnya, dikatakan pula bahwa setelah menyeberangi Sungai Wuluyu (kawasan sungai Blora dan Bojonegoro), tibalah ia di Gegelang yang terletak di sebelah selatan Medang Kamulan.[1] Naskah inilah yang pertama kali menyebutkan tempat bernama Medang Kamulan, meskipun tidak disebutkan sebagai nama kerajaan.
Fakta tentang Medang Kamulan cukup kuat karena sampai saat ini pun, nama Medang dan Kamulan masih menjadi nama desa di wilayah Blora. Fakta keberadaan Medang Kamulan juga semakin kuat dengan adanya sejumlah prasasti zaman Medang yang isinya membahas wilayah Bojonegoro. Di antaranya Prasasti Telang (903 M), Prasasti Sangsang (907 M), dan Prasasti Mantyasih I (907 M) yang dirilis Maharaja Dyah Balitung (898 - 910 M). Selain itu, keberadaan sejumlah prasasti zaman Pu Sindok (929 - 947 M) yang ditemukan di Bojonegoro, juga memperkuat keberadaan Medang Kamulan. Di antaranya Prasasti Pelem dan Prasasti Jono.
Historis
Tempat ini dikatakan sebagai kerajaan, bersumber dari Naskah Arya Gajah Para. Sementara literatur tertua tentang Medang Kamulan, yaitu Naskah Bujangga Manik, menyebutnya sebagai pusat peradaban. Wilayah ini berada di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lebih tepatnya Purwodadi, Blora, dan Bojonegoro. Sebab, sungai Wulayu di utara Gegelang yang diceritakan Bujangga Manik, secara geografis, memang berada di wilayah Blora dan Bojonegoro.
Dalam konteks cerita, Medang Kamulan adalah tempat betelah rtahtanya Batara Guru.[2] Dalam legenda Aji Saka, Medang Kamulan adalah negeri berkuasanya Sri Ajiwo Pamungkas yang adil. Cerita rakyat lain yang menyebut Medang Kamulan, di antaranya, legenda Rara Jonggrang dan berdirinya Madura.[3]
Legenda Sunda
Dalam legenda Sunda, kerajaan ini merupakan pendahulu Kerajaan Galuh.
Legenda Aji Saka
Legenda Aji Saka sendiri menyebutkan bahwa Bledug Kuwu di Kabupaten Grobogan adalah tempat munculnya Jaka Linglung setelah menaklukkan Dewata Cengkar.[4]
Perjalanan Bujangga Manik
Baris ke-782 dan 783 dari naskah kedua Perjalanan Bujangga Manik dari abad ke-15 menyebutkan bahwa setelah Bujangga Manik meninggalkan Pulutan (sekarang adalah desa di sebelah barat Purwodadi, Jawa Tengah) ia tiba di "Medang Kamulan". Selanjutnya, dikatakan pula bahwa setelah menyeberangi Sungai Wuluyu (Bengawan Solo), tibalah ia di Gegelang (Madiun) yang terletak di sebelah selatan Medang Kamulan.[5] Naskah inilah yang pertama kali menyebutkan tempat bernama Medang Kamulan, meskipun tidak disebutkan sebagai nama kerajaan.
Serat Centhini
Naskah dongeng Serat Centhini menyebutkan bahwa istana Medang Kamulan terletak di barat laut daerah Kasanga, yaitu tempat meninggalnya Jaka Linglung. Jayengresmi tidak dapat lagi menemukan sisa-sisa istana karena semuanya telah berubah menjadi tanah dan ditutupi hutan lebat.[6]
Kemungkinan kerajaan sejarah
Van der Meulen mengemukakan, walaupun tidak terlalu yakin, bahwa Medang Kamulan mengacu pada “ Hasin-Medang-Kuwu-lang-pi-ya ” yang dikemukakan oleh Van Orsoy[7] dalam artikelnya tentang kerajaan Ho-Ling (Kalingga) yang disebutkan dalam catatan Tiongkok.
Kemungkinan penyebutan Kerajaan Medang Kamulan dalam beberapa legenda dan mitos Jawa merupakan sisa ingatan kolektif masyarakat Jawa setempat tentang keberadaan sebuah kerajaan kuno bernama "Medang" yang sebenarnya berkaitan dengan Kerajaan Medang yang berdiri pada abad ke-8 hingga ke-11 Masehi.
Referensi
- ^ Noorduyn, J. 1982. BKI 138:412-442
- ^ "Kerajaan Hastinapura". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-25. Diakses tanggal 2009-02-02.
- ^ Sejarah Madura
- ^ "Bledug Kuwu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-08. Diakses tanggal 2009-02-02.
- ^ Noorduyn, J. 1982. BKI 138:412-442
- ^ Ranggasutrasna, Ngabei (1991). Centhini: Tambangraras-Amongraga, Jilid I, hal. 74. Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 979-407-358-X.
- ^ Van der Meulen. 1977. Indonesia 23:87-111 page 101, footnote no. 56
Konten ini disalin dari wikipedia, mohon digunakan dengan bijak.