![]() | Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
![]() | Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
Berkas:Images (5).jpeg Lambang Brigade Manguni | |
Singkatan | BM |
---|---|
Tanggal pendirian | 2000 |
Jenis | Organisasi adat |
Kantor pusat | Kota Manado |
Wilayah layanan | Minahasa Raya |
Bahasa resmi | Melayu Manado Indonesia Rumpun bahasa Minahasa |
Tonaas Wangko | Lendy Wangke |
Afiliasi | Laskar Adat Minahasa
Aliansi Makapetor Laskar Manguni Manguni Makasiow dan lainnya |
Brigade Manguni, adalah sebuah organisasi masyarakat tertua yang berdiri di Manado, Sulawesi Utara. Organisasi ini diketuai oleh Tonaas Wangko (pemimpin besar) Lendy Wangke. Organisasi ini dikenal Saat Keterlibatannya dalam memobilisasi massa dari Sulawesi Utara untuk terjun dalam Konflik Poso & Ambon untuk membantu pihak yang sedang berkonflik[1]. Awal didirikannya organisasi ini sebagai respon ketika kerusuhan melanda dua Provinsi tetangga yaitu Sulawesi Tengah dan Maluku[1]. Pembentukan Organisasi ini diduga ada campur tangan para tokoh Militer asal Minahasa Baik yang Masih Bertugas Maupun Yang telah Disersi.[2]
Latar Belakang Pendirian
Brigade Manguni didirikan di wilayah Minahasa, Sulawesi Utara, pada tahun 2000, sebagai reaksi terhadap dugaan kemungkinan datangnya pejuang Laskar Jihad Islam yang sedang melakukan misi pembelaan umat islam ke wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Hal ini sebagai akibat dari meluasnya pertikaian agama di wilayah tersebut di sekitar Maluku, walaupun akhirnya Laskar Jihad Islam tidak datang ke Sulawesi Utara. [1]
Keterlibatan Dalam Kerusuhan Poso
Konteks konflik Poso ketiga di pertengahan tahun 2000 menjadi awal dari aksi BM. Konflik Poso terdiri dari tiga periode yang berlangsung sejak 1998-2001.
Periode konflik yang menjadi pembahasan dalam bagian ini adalah konflik Poso ketiga. McRae (2008) menilai konflik Poso ketiga merupakan puncak dari dua periode konflik sebelumnya. Konflik Poso ketiga menjadi puncak dari dua konflik sebelumnya karena telah berkembang menjadi konflik horizontal antar-identitas keagamaan, dan melibatkan pendukung dari masing-masing pihak, baik Islam maupun Kristen dari luar Poso untuk datang berkonflik di Poso (Aditjondro, 2004). Aragon (2001) dan Aditjondro (2004) juga mencatat bahwa konflik Poso ketiga merupakan momentum balas dendam dari pihak Kristen kepada pihak Islam (Laskar Jihad) yang dianggap telah “membantai” banyak korban dari komunitas Kristen dalam dua konflik Poso sebelumnya yang juga diwarnai pembantaian terhadap pihak Islam.
Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh BM melalui keterlibatannya dalam konflik Poso ketiga. Keinginan “balas dendam” tidak mampu diartikulasikan oleh gereja dalam situasi konflik.
Keterlibatan BM dalam konflik Poso ketiga diikuti dengan semakin vitalnya sosok Dicky Maengkom. Maengkom menjadi penting karena kemampuannya mengonsolidasikan pasukan dari tiap Kampung di Seluruh Penjuru Tanah Minahasa yang dipersiapkan untuk terlibat dalam konflik Poso ketiga. Tona’as Freddy Turalaki yang ditemui di Manado pada bulan Januari 2020 mengungkapkan bahwa:
“Waktu itu memang banya antar lorong deng kampung bakalae. Tapi, cuma tu Dicky Maengkom yang bole se satu dorang samua. Dia no cuma da pi pangge pa dorang; daripada torang baku se-mati, mending torang bantu Torang pe sudara kristen di Poso (Pada masa itu banyak perkelahian antar gang dan Desa . Tapi, hanya Dicky Maengkom yang bisa mempersatukan mereka semua. Dia hanya memberi pesan; daripada kita [orang Minahasa] saling bunuh, mending kita bantu saudara kristen kita di Poso."
Pernyataan tersebut secara implisit mendorong pemuda Minahasa-Kristen untuk berangkat ke wilayah konflik. Pesan yang selalu disampaikan adalah kisah tentang pembantaian “saudara” Kristiani dalam konflik Poso. Kelompok Kristen dianggap terancam oleh keberadaan kelompok Jihad Islam. Alasan untuk berangkat ke Poso juga menjadi semakin menguat karena banyak korban pihak Kristen merupakan keluarga Minahasa di perantauan. Alasan ini didapatkan melalui penjelasan BP di Tondano, pertengahan bulan Januari 2020 sebagai salah seorang anggota milisi dari pihak Kristen yang terlibat dalam Konflik Poso.
Kehadiran BM dalam konflik Poso ketiga tidak terlihat melalui pencantuman identitas “Brigade Manguni” secara eksplisit. Keterlibatan dan penggunaan kekerasan oleh BM dalam konflik Poso didapati melalui dua sumber berbeda yang saling mengonfirmasi. Sumber pertama merupakan temuan Dosen Antropologi Sosial Universitas Amsterdam Laurens Bakker dalam jurnal penelitian The Humanities and Social Sciences of Southeast Asia and Oceania, dengan judul Organized Violence and the State: Evolving Vigilantism in Indonesia.[1]
Dalam jurnalnya, Bakker menjelaskan kehadiran pasukan BM di Poso pada pertengahan tahun 2001 beroperasi dengan nama Pasukan Manguni. Nama ini merujuk pada pakaian serba hitam yang digunakan, yang tergabung dalam kelompok milisi Kristen bernama "Black Bath" atau dalam Bahasa Indonesia "Kelelawar Hitam"[3]. Sementara sumber kedua yang mengonfirmasi temuan Bakker (2012) adalah wawancara bersama JR di Gorontalo pada akhir Bulan Januari 2020 sebagai saksi mata saat pasukan Brigade Manguni memasuki Poso Kota . Keterangan JR menjelaskan kehadiran delapan orang berbaju hitam-hitam dengan senjata tajam tanpa atribut BM pada pukul tiga subuh waktu setempat.
Aksi Lainnya
Kedatangan George Bush dan Santet 2006
Kehadiran Presiden AS George W. Bush. Pada November 2006. George W Bush yang datang ke Indonesia menjadi topik hangat di nusantara, saat berkunjung ke Minahasa, kedatangan presiden AS itu langsung mendapatkan banyak kritik dan empati. Berbagai aksi baik dukungan dan penolakan dari kelompok seperti FPI, Hizbut Tahrir dan lainnya.
Saat itu, kedatangan Bush tak hanya diributkan soal demo-demo tandingan. Namun kekuatan-kekuatan supranatural, seperti Ki Gendeng Pamungkas yang getol menyantet untuk mencelakai Presiden Amerika, menjadi topik hangat menjelang kedatangan pemimpin dunia itu.
Menariknya, pada hari hampir bersamaan dengan Ki Gendeng Pamungkas mulai menyantet Bush, ternyata pasukan adat Tanah Minahasa yang getol dikenal Brigade Manguni (BM), telah lebih dulu membentengi Presiden Amerika itu dari pengaruh-pengaruh kekuatan jahat.
Upacara adat untuk menangkal kekuatan-kekuatan magis dan jahat itu, ternyata digelar sebanyak dua kali di hari "H" kedatangan George W Bush ke Indonesia. Bisa dibilang hal tersebut merupakan sambutan dan perlindungan yang diberikan pemuka adat.
Berbagai tulisan poster seperti "Welcome Mr. Bush" , "God Be With You" dan "I love you Bush, Welcome to Manado, Jerrusalem in Indonesia" dibentangkan saat kedatangan George W Bush. Dolfie Maringka yang merupakan pendiri gerakan Minahasa Merdeka diketahui merupakan salah satu penggerak utama kampanye pendukung Bush.
Lihat Pula
Referensi
- ^ a b c d "Perjalanan Laskar Manguni: Dari Pertahanan Regional Hingga Terbang dalam Kegelapan". Republika Online. 2023-11-29. Diakses tanggal 2025-03-12.
- ^ "Apa itu Ormas Manguni Makasiouw? Kelompok di Sulawesi Utara Terlibat Ricuh saat Aksi Bela Palestina". Suara.com.
- ^ Redaksi (2023-01-02). "Sejarah Konflik Poso - Laman 2 dari 2". Kaidah.ID. Diakses tanggal 2025-03-12.
Konten ini disalin dari wikipedia, mohon digunakan dengan bijak.