Bagian dari seri |
Geografi |
---|
![]() |
Sejarah geografi |
---|
![]() |



Abad Penjelajahan Samudra (sekitar tahun 1418 sampai 1620),[1] adalah bagian dari periode Awal Zaman Modern dan nyaris bertepatan dengan Abad Kapal Layar. Abad Penjelajahan Samudra adalah kurun waktu yang kurang lebih bermula pada akhir abad ke-15 dan berakhir pada abad ke-17, manakala para bahariwan dari beberapa negara Eropa menjejajahi, menduduki, dan menaklukkan kawasan-kawasan di berbagai belahan dunia. Abad Penjelajahan Samudra merupakan periode transformatif dalam sejarah dunia ketika bagian-bagian dunia yang dulunya terisolasi menjadi terhubung membentuk sistem-dunia dan meletakkan landasan bagi globalisasi. Penjelajahan samudra secara besar-besaran, khususnya merintis jalur-jalur pelayaran samudra menuju tanah Hindia dan kolonisasi Eropa di Benua Amerika oleh bangsa Spanyol dan portugis, yang kemudian hari diikuti oleh bangsa Inggris, Prancis, dan Belanda, sehingga melahirkan perdagangan global internasional. Ekonomi global abad ke-21 yang saling terkoneksi berawal dari ekspansi jaringan perdagangan pada kurun waktu ini.
Penjelajahan samudra juga melahirkan imperium-imperium kolonial dan mengisyaratkan peningkatan adopsi kolonialisme sebagai kebijakan pemerintah di beberapa negara Eropa. Oleh sebab itu, Abad Penjelajahan Samudra kadang-kadang bersinonim dengan gelombang pertama kolonisasi Eropa. Kolonisasi ini merombak dinamika kekuasaan sehingga menimbulkan pergeseran geopolitik di Eropa dan menciptakan pusat-pusat kekuasaan yang baru di luar Eropa. Sesudah mengentaskan perjalanan sejarah umat manusia ke tataran perjalanan bersama global, warisan sejarah Abad Penjelajahan Samudra masih terus menempa wajah dunia dewasa ini.
Penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa bermula dengan pelayaran-pelayaran penjajakan Portugal ke Kepulauan Kanaria pada tahun 1336,[2][3] dan kemudian hari dengan keberhasilan bangsa Portugis menemukan Kepulauan Madeira dan Kepulauan Açores di Samudra Atlantik, menjejaki pesisir Afrika Barat pada tahun 1434, serta dengan dibukanya jalur laut ke India pada tahun 1498 oleh Vasco da Gama, yang menjadi awal dari kiprah bahari dan usaha dagang Portugis di Kerala dan Samudra Hindia.[4][5]
Pada Abad Penjelajahan Samudra, Spanyol mensponsori dan mendanai pelayaran-pelayaran lintas-Atlantik yang dilakukan mualim asal Italia, Kristoforus Kolumbus, dari tahun 1492 sampai 1504, yakni pelayaran-pelayaran yang menjadi cikal-bakal kolonisasi bangsa Eropa di Benua Amerika, dan ekspedisi penjelajah Portugis, Fernão de Magalhães, dari tahun 1519 sampai 1522, dalam rangka membuka jalur laut dari Samudra Atlantik ke Samudra Pasifik, yang menjadi pelayaran keliling dunia yang pertama. Ekspedisi-ekspedisi Spanyol ini berdampak besar terhadap persepsi bangsa Eropa tentang dunia. Penemuan-penemuan tersebut membuka jalan bagi banyak banyak ekspedisi bahari menyeberangi Samudra Atlantik, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik, serta ekspedisi-ekspedisi darat di Benua Amerika, Benua Asia, Benua Afrika, dan Benua Australia, yang berlanjut hingga akhir abad ke-19, dan diikuti oleh eksplorasi kawasan-kawasan kutub pada abad ke-20.
Eksplorasi bangsa Eropa mencetuskan pertukaran Kolumbian di antara Dunia Lama (Eropa, Asia, Afrika) dan Dunia Baru (Benua Amerika). Pertukaran ini meliputi transfer tumbuh-tumbuhan, satwa, populasi manusia (termasuk budak belian), penyakit-penyakit menular, dan budaya ke seantero belahan Bumi timur maupun belahan Bumi barat. Abad Penjelajahan Samudra dan eksplorasi bangsa Eropa mencakup usaha memetakan dunia, membentuk suatu wawasan dunia yang baru dan memfasilitasi kontak dengan peradaban-peradaban yang jauh. Benua-benua yang digambar para pembuat peta pada Abad Penjelajahan Samudra berkembang dari "gumpalan-gumpalan" abstrak menjadi garis-garis batas yang lebih mudah dikenali generasi masa kini.[6] Pada waktu yang sama, penularan penyakit-penyakit baru mengakibatkan anjloknya populasi masyarakat-masyarakat bumiputra Amerika. Pada kurun waktu ini pula terjadi penyebarluasan perbudakan, eksploitasi dan penaklukan militer terhadap populasi-populasi bumiputra, berbarengan dengan meningkatnya pengaruh ekonomi dan penyebarluasan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi Eropa yang bermuara pada lonjakan populasi dengan kecepatan yang melebihi peningkatan eksponensial di seluruh dunia.
Selayang pandang
Bangsa Portugis mulai meneroka pesisir barat Afrika secara sistematis pada tahun 1418, dengan dukungan dari Pangeran Henrique Mualim. Pada tahun 1488, Bartolomeu Dias berhasil mencapai Samudra Hindia melalui jalur ini.[7]
Pada tahun 1492, Para Prabu Katolik Spanyol mendanai rencana Kristoforus Kolumbus (bahasa Italia: Cristoforo Colombo), mualim asal Genova, untuk berlayar ke barat menuju Hindia, mengarungi Samudra Atlantik. Kristoforus Kolumbus malah sampai ke sebuah benua yang belum pernah dipetakan bangsa Eropa (kendati sudah pernah dijajaki bahkan sempat dikolonisasi oleh bangsa Skandinavia 500 tahun sebelumnya).[8] Kemudian hari benua itu dinamakan Amerika, terambil dari nama Amerigo Vespucci, seorang saudagar yang bekerja untuk pemerintah Portugal.[9][10] Portugal lekas-lekas mengklaim tanah-tanah tersebut berdasarkan pasal-pasal Perjanjian Alcáçovas, tetapi Kerajaan Kastila berhasil membujuk Sri Paus yang berasal dari Kastila untuk menerbitkan empat pucuk bula dalam rangka membagi dunia menjadi dua medan jelajah, satu untuk Kerajaan Portugal dan satu lagi untuk Kerajaan Spanyol. Dua kerajaan itu dianugerahi hak eksklusif untuk mengklaim tanah-tanah yang baru ditemukan di medan jelajahnya masing-masing. Isi keempat bula tersebut dimodifikasi dengan Perjanjian Tordesillas yang diratifikasi Paus Yulius II.[11][12]

Penemuan besar/ Tujuan |
Penjelajah utama | Tahun | Penyandang dana |
---|---|---|---|
Sungai Konggo | Diogo Cão | 1482 | Raja Portugal João II |
Tanjung Harapan Samudra Hindia |
Bartolomeu Dias | 1488 | Raja Portugal João II |
Hindia Barat | Kristoforus Kolumbus | 1492 | Para Prabu Katolik Spanyol |
India | Vasco da Gama | 1498 | Raja Portugal Manuel I |
Brazil | Cabral | 1500 | Raja Portugal Manuel I |
Kepulauan Rempah-Rempah Australasia (Perairan Barat Samudra Pasifik) |
Albuquerque, Abreu, dan Serrão | 1512 | Raja Portugal Manuel I |
Samudra Pasifik | Vasco Balboa | 1513 | Raja Aragon Fernando II |
Selat Magelhaens | Magalhães | 1520 | Raja Spanyol Carlos I |
Filipina | Magalhães | 1521 | Raja Spanyol Carlos I |
Pelayaran keliling dunia | Magalhães dan Elcano | 1522 | Raja Spanyol Carlos I |
Australia | Willem Janszoon | 1606 | Kompeni Belanda |
Selandia Baru | Abel Tasman | 1642 | Kompeni Belanda |
Pulau-pulau sekitar Antartika | James Cook | 1773 | Raja Britania Raya George III |
Hawaii | James Cook | 1778 | Raja Britania Raya George III |
Pada tahun 1498, ekspedisi Portugal yang dipimpin Vasco da Gama berhasil mencapai India sesudah berlayar mengitari Benua Afrika, dan dengan demikian membuka hubungan dagang langsung dengan Asia.[13] Sementara itu dua armada jelajah diberangkatkan dari Portugal ke kawasan utara Amerika Utara, Armada India Portugis turut memperpanjang jalur laut timur ini, mencapai Amerika Selatan dan membuka jalur ulang-alik dari Dunia Baru ke Asia (berawal pada tahun 1500 oleh Pedro Álvares Cabral), dan menjelajahi pulau-pulau di perairan selatan Samudra Atlantik dan perairan selatan Samudra Hindia. Bangsa Portugis berlayar semakin jauh ke timur hingga sampai ke Kepulauan Rempah-Rempah pada tahun 1512, dan berlabuh di Tiongkok setahun kemudian. Bangsa Portugis sampai ke Jepang pada tahun 1543. Pada tahun 1513, bahariwan Spanyol Vasco Núñez de Balboa merentas jalan melintasi Tanah Genting Panama dari Dunia baru hingga sampai ke "laut yang lain". Dengan demikian, untuk pertama kalinya bangsa Eropa menerima kabar dari timur dan barat Samudra Pasifik dalam rentang waktu setahun sekitar tahun 1512. Eksplorasi ke timur dan eksplorasi ke barat bertemu bertumpang tindih pada tahun 1522, ketika sebuah ekspedisi Spanyol berlayar hala ke barat di bawah pimpinan mualim Portugis Fernão de Magalhães (kelak digantikan oleh mualim Juan Sebastián Elcano, sesudah Magalhães gugur dalam pertempuran melawan warga pribumi di kepulauan yang sekarang bernama Filipina) menuntaskan pelayaran keliling dunia yang pertama.[14] Para conquistador Spanyol menjelajahi pedalaman Benua Amerika, dan beberapa pulau di antara gugusan pulau Pasifik Selatan. Tujuan utama mereka adalah menghancurkan usaha dagang Portugis di Timur.
Sesudah mendengar kabar tentang prestasi Kolumbus, mulai tahun 1495, negara Prancis, Inggris, dan Belanda memasuki gelanggang penjelajahan samudra, menantang monopoli orang-orang Iberia di kancah perdagangan bahari dengan mencari rute-rute baru. Ekspedisi pertama, di bawah pimpinan John Cabot, berlayar hala ke utara pada tahun 1497 untuk kepentingan Inggris, disusul ekspedisi Prancis ke Amerika Selatan dan kelak ke Amerika Utara. Ekspedisi-ekspedisi selanjutnya berlayar ke Samudra Pasifik dengan mengitari Amerika Selatan, dan akhirnya dengan mengikuti jejak Portugis mengitari Afrika, berhasil mencapai Samudra Hindia; menemukan daratan Australia pada tahun 1606, Selandia Baru pada tahun 1642, dan Hawaii pda tahun 1778. Sejak dasawarsa 1580-an hingga dasawarsa 1640-an, Rusia menjelajah dan menaklukkan hampir seluruh daerah Siberia, dan mengklaim Alaska pada dasawarsa 1730-an.
Latar belakang
Kebangkitan usaha dagang Eropa
Sesudah tumbangnya Kekaisaran Romawi Barat, yang memutuskan hampir semua hubungan dagang Eropa dengan negeri-negeri nun jauh di timur, hampir seluruh dunia Eropa Kristen menjadi terbelakang jika dibandingkan dengan dunia Arab, yang menaklukkan dan menguasai kawasan-kawasan luas di Timur Tengah dan Afrika Utara. Perang-perang Salib yang dilancarkan umat Kristen Eropa untuk merebut kembali Tanah Suci dari cengkeraman Muslim bukanlah langkah militer yang sukses, tetapi berhasil menghubungkan kembali Eropa dengan Timur Tengah maupun dengan barang-barang berharga yang dihasilkan atau diperdagangkan di Timur Tengah. Mulai dari abad ke-12, ekonomi Eropa mengalami transformasi berkat rute-rute dagang sungai dan laut yang saling terhubung.[15]
Sebelum abad ke-12, penghalang usaha dagang ke sebelah timur Selat Jibraltar yang menghubungkan Laut Tengah dengan Samudra Atlantik adalah penguasaan Muslim atas kawasan itu, termasuk Jazirah Iberia, juga monopoli negara-negara Kristen di di Jazirah Italia, khususnya Venesia dan Genova. Ekonomi Jazirah Iberia mengalami pertumbuhan sesudah umat Kristen berhasil merebut kembali Al-Andalus di daerah yang sekarang menjadi kawasan selatan wilayah Spanyol, dan seusai perang pengepungan Lisboa pada tahun 1147 di Portugal. Merosotnya kekuatan bahari Khilafah Bani Fatimi, yang bermula sebelum meletusnya Perang Salib yang pertama, memuluskan jalan bagi negara-negara bahari Italia, terutama Venesia, Genova, dan Pisa, untuk menguasai usaha dagang di kawasan timur Laut Tengah. Para saudagar negara-negara itu menjadi kaya raya dan berpengaruh di kancah politik. Situasi usaha dagang di kawasan timur Laut Tengah kian berubah dengan meredupnya kekuatan bahari kekaisaran Kristen Romawi Timur menyusul kemangkatan Kaisar Manuel Komnenus pada tahun 1180, kaisar dari kulawangsa yang sudah meneken perjanjian-perjanjian dan konsesi-konsesi dagang yang penting dengan saudagar-saudagar Italia, yang membebaskan mereka untuk memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan Romawi Timur. Perang penaklukan yang dilancarkan Normandia ke Inggris pada akhir abad ke-11 memungkinkan berlangsungnya perdagangan dalam suasana damai di Laut Utara. Liga Hansa, konfederasi serikat-serikat saudagar serta kota-kota mereka di kawasan utara Jerman, sepanjang pesisir Laut Utara dan Laut Baltik, memiliki andil besar dalam perkembangan usaha dagang di kawasan itu. Pada abad ke-12, negeri Flandria, Hainaut, dan Brabant menghasilkan bahan-bahan sandang berkualitas terbaik di Eropa Utara, sehingga memikat para saudagar dari Genova dan Venesia untuk jauh-jauh berlayar dari Laut Tengah, melintasi Selat Jibraltar dan menyusuri perairan lepas pantai Samudra Atlantik, sampai ke Laut Utara.[15] Nicolòzzo Spinola adalah orang Italia pertama yang tercatat melakukan pelayaran langsung dari Genova ke Flandria pada tahun 1277.[15]
Teknologi: Kompas dan rancangan kapal
Kemajuan-kemajuan teknologi yang penting artinya bagi Abad Penjelajahan Samudra adalah adopsi kompas magnetis dan kemajuan-kemajuan dalam rancangan kapal.
Kompas merupakan tambahan kepada metode navigasi kuno yang berasaskan pengamatan matahari dan bintang-bintang. Kompas direkacipta bangsa Tionghoa pada zaman kulawangsa Han dan sudah dimanfaatkan sebagai pemandu arah di Tiongkok pada abad ke-11. Rekacipta bangsa Tionghoa ini kemudian diadopsi para saudagar Arab yang berkiprah di Samudra Hindia. Kompas menyebar ke Eropa pada akhir abad ke-12 atau awal abad ke-13.[16] Penggunaan kompas sebagai pemandu arah di Samudra Hinda pertama kali tercatat pada tahun 1232.[15] Catatan pertama yang menyebutkan pemakaian kompas di Eropa berasal dari tahun 1180.[15] Bangsa Eropa menggunakan kompas "kering", berupa sebatang jarum yang terpasang pada poros. Mawar kompas juga adalah rekacipta bangsa Eropa.[15]

Kapal-kapal pada Abad Penjelajahan Samudra adalah kapal-kapal yang dibuat sesudah terjadinya penggabungan tradisi rancang bangun kapal Eropa Utara[a] dan tradisi rancang bangun kapal Laut Tengah. Mendekati akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14, papan lambung kapal-kapal Eropa Utara biasanya disusun bertumpang tindih,[b] bertiang satu dengan layar persegi, dan dilengkapi kemudi cawat, yakni kemudi yang bilahnya dipasang pada linggi buritan dengan menggunakan sendi-sendi berupa beberapa pasang sekeri dan simpai. Di Laut Tengah, kapal-kapal justru dibuat dengan papan lambung yang disusun berendeng rapat, bertiang satu atau lebih (tergantung ukurannya) dengan layar latin, dan dilengkapi kemudi-kemudi sepak, yakni kemudi-kemudi yang dipasang pada lambung kapal.[17]:65–66
Perdagangan, ziarah, dan perang menyebabkan tradisi rancang bangun kapal Laut Tengah tersebar ke Eropa Utara, dan tradisi rancang bangun kapal Eropa Utara tersebar ke Laut Tengah, sehingga akhirnya timbul usaha untuk meniru unsur-unsur rancang bangun kapal yang baru dipelajari, baik di Eropa Utara maupun di Laut Tengah. Pada permulaan abad ke-14, layar persegi mulai digunakan di kawasan Laut Tengah. Layar persegi dipasang di tiang agung, sementara layar latin dipasang di tiang baksi. Dalam rentang waktu dua dasawarsa pertama abad ke-15, pemasangan layar semacam ini ditiru di Eropa Utara. Pada akhir dasawarsa 1430-an, beberapa kapal di Eropa Utara dibuat dengan papan lambung yang disusun berendeng rapat. Hasir akhir dari perpaduan kedua tradisi rancang bangun kapal tersebut adalah kapal layar lengkap, yaitu kapal dengan papan lambung yang disusun berendeng rapat, berkemudi cawat, dan bertiang tiga: tiang topang dan tiang agung dipasangi layar persegi, sementara tiang baksi dipasangi layar latin. Kapal layar jenis baru ini digunakan bersama-sama dengan kapal jenis karawal, yang juga dilengkapi kemudi cawat, tetapi semua layarnya adalah layar latin, atau ditambahi beberapa layar persegi.[17]
Sedikit sekali bangkai kapal dari Abad Penjelajahan Samudra yang sudah ditemukan dan diteliti secara arkelologis. Ada lebih banyak informasi yang tersedia mengenai kapal-kapal Romawi dan Yunani dari Abad Klasik daripada informasi mengenai kapal-kapal dari Abad Penjelajahan Samudra. Karawal pada khususnya sedikit sekali dipahami, sekalipun sudah banyak dibuat "replikanya".[18] Meskipun demikian, ada beberapa ciri khas konstruksi lambung kapal yang sudah teridentifikasi dari bangkai-bangkai kapal peninggalan Abad Penjelajahan Samudra, yang disebut sebagai tradisi rancang bangun kapal Atlantik Iberia. Bangkai-bangkai kapal itu ditemukan di situs bangkai kapal Terumbu Molasses, situs bangkai kapal Takat Highbourne, situs bangkai kapal Red Bay, dan beberapa situs di perairan Eropa.[19][18]
Pengetahuan geografi dan peta perdana
Periplus Laut Eritrea, sebuah risalah dari tahun 40–60 Masehi, menjabarkan sebuah rute yang baru ditemukan, melalui Laut Merah sampai ke India, disertai uraian tentang pasar-pasar di kota-kota yang terletak di sekitar Laut Merah, Teluk Persia, dan Samudra Hindia, termasuk di sepanjang pesisir timur Afrika. Risalah ini mengatakan bahwa, "nun jauh di balik tempat-tempat itu, samudra yang belum terjajaki membelok ke barat, membentang sepanjang kawasan-kawasan itu hingga ke selatan Etiopia, Libya, dan Afrika, lalu menyatu dengan laut barat (kemungkinan besar yang dimaksud adalah Samudra Atlantik)". Pada Abad Pertengahan, pengetahuan bangsa Eropa tentang kawasan Asia yang berada jauh dari jangkauan Kekaisaran Romawi Timur disarikan dari laporan-laporan tidak utuh, dan acap kali dikaburkan oleh legenda-legenda,[20] yang berasal dari zaman penaklukan Aleksander Agung dan para penggantinya. Sumber lainnya adalah jaringan dagang para saudagar Yahudi Radani yang dibentuk sebagai perantara penghubung Eropa dengan dunia Muslim pada zaman negara-negara Tentara Salib.

Pada tahun 1154, geografer Arab Muhammad Idrisi menghasilkan sebuah penjabaran dunia dan peta dunia, yakni Tabula Rogeriana, di lingkungan istana Kerajaan Sisilia pada masa pemerintahan Raja Rogerius II,[21][22] tetapi baru sebagian Afrika saja yang sudah dikenal para pelaut Kristen, yakni orang Genova dan orang Venesia, maupun para pelaut Arab, dan kawasan yang terbentang luas ke selatan benua itu belum dikenal sama sekali. Sudah ada beberapa laporan tentang gurun besar Sahara pada masa itu, tetapi hanya diketahui oleh orang-orang Eropa di kawasan pesisir Laut Tengah dan segelintir saja orang Eropa di kawasan-kawasan lain, lantaran blokade Arab di Afrika Utara memustahilkan usaha penjajakan ke pedalaman. Pengetahuan tentang kawasan pesisir Afrika yang di tepi Samudra Atlantik hanya sepotong-sepotong, dan sebagian besar bersumber dari peta-peta lama bangsa Yunani dan Romawi yang bertumpu pada pengetahuan orang-orang Kartago, termasuk dari penjelajahan Mauritania yang pernah dilakukan oleh bangsa Romawi. Laut Merah belum dikenal, dan hanya hubungan dagang dengan negara-negara republik bahari, teristimewa Venesia, yang memperkaya khazanah pengetahuan bahari yang akurat.[23] Rute-rute dagang di Samudra Hindia dihilir-mudiki saudagar-saudagar Arab.
Pada tahun 1400, Geographia, terjemahan risalah Ptolomeus ke dalam bahasa Latin, sampai ke Italia dari Konstantinopel. Penemuan kembali pengetahuan geografi bangsa Romawi merupakan suatu penyingkapan,[24] baik bagi pembuatan peta maupun bagi wawasan dunia,[25] sekalipun menghidupkan kembali gagasan bahwa Samudra Hindia terkurung oleh daratan.
Perjalanan bangsa Eropa pada Abad Pertengahan (1241–1438)


Sebelum Abad Penjelajahan Samudra, bangsa Eropa sudah beberapa kali menjelajahi Erasia lewat darat pada akhir Abad Pertengahan.[26] Sekalipun menjadi ancaman yang membayang-bayangi Eropa, bangsa Mongol berjasa mempersatukan sebagian besar daratan Erasia, dan sejak tahun 1206, Pax Mongolica memungkinkan dibukanya rute-rute dagang dan lalu lintas komunikasi yang aman dari Timur Tengah ke Tiongkok.[27][28] Hubungan dekat Italia dengan Syam menumbuhkan rasa ingin tahu dan minat untuk menjalankan usaha dagang di negeri-negeri nun jauh di sebelah timur.[29][halaman dibutuhkan] Ada segelintir catatan saudagar-saudagar dari Afrika Utara dan Laut Tengah, yang pernah berdagang di Samudra Hindia menjelang akhir Abad Pertengahan.[15]
Duta-duta Kristen diutus jauh-jauh sampai ke Karakorum sewaktu bangsa Mongol menginvasi Syam. Dari duta-duta inilah orang-orang Kristen mendapatkan pengetahuan yang lebih luas tentang dunia.[30][31] Musafir Eropa pertama yang berkelana jauh ke timur adalah Giovanni da Pian del Carpine yang diutus Paus Inosensius IV menghadap Khan Agung. Ia berangkat ke Mongolia pada tahun 1241, dan pulang pada tahu 1247.[27] Pangeran Yaroslav dari Vladimir beserta putra-putranya, Aleksander dan Andrey, pernah berkunjung ke ibu kota Mongolia. Meskipun sarat dengan maksud-maksud politik, kunjungan-kunjungan mereka tidak meninggalkan catatan yang terperinci. Musafir-musafir lainnya menyusul kemudian, misalnya musafir Prancis André de Longjumeau dan musafir Flandria Willem van Ruysbroeck, yang berkelana melintasi Asia Tengah sampai ke Tiongkok.[32] Marco Polo, seorang saudagar Venesia, meriwayatkan petualangannya ke berbagai pelosok Asia dari tahun 1271 sampai 1295, dan pengalamannya menjadi tamu Kublai Khan di istana kemaharajaan kulawangsa Yuan, di dalam buku Petualangan-Petualangan Marco Polo. Buku ini dibaca orang di seluruh Eropa.[33]
Armada Muslim yang menjaga Selat Jibraltar dikalahkan Genova pada tahun 1291.[34] Pada tahun itu juga orang-orang Genova melaksanakan usaha jelajah Samudra Atlantik mereka yang pertama, ketika dua saudagar bersaudara, Vadino dan Ugolino Vivaldi, berlayar dari Genova dengan dua buah galai. Malangnya kedua galai itu hilang di pantai Maroko, sehingga menciutkan nyali orang untuk berlayar mengarungi samudra.[35][36] Dari tahun 1325 sampai 1354, Ibnu Batutah, sarjana Maroko asal Tanjah, bertualang melintasi Afrika Utara, Gurun Sahara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa Timur, Tanduk Afrika, Timur Tengah dan Asia, hingga sampai di Tiongkok. Sepulang bertualang, ia meriwayatkan pengalamannya kepada seorang sarjana yang ia jumpai di Granada, sehingga terbitlah Arrihlah (perjalanan),[37] sumber pustaka tentang petualangan-petualangannya yang tidak banyak digembar-gemborkan.[38] Antara tahun 1357 sampai 1371, sebuah buku berisi kisah-kisah petualangan yang dihimpun oleh John Mandeville digemari khalayak ramai. Sekalipun kisah-kisahnya tidak dapat dipercaya dan sering kali bersifat khayali, buku ini digunakan sebagai sumber rujukan[39] mengenai dunia Timur, Mesir, dan Syam pada umumnya, dan mengangkat kepercayaan lama bahwa Yerusalem adalah pusar bumi. Menyusul terjalinnya hubungan baik antara Timurleng dan Eropa, pada tahun 1439, Niccolò de' Conti menerbitkan catatan perjalanan-perjalanannya selaku seorang saudagar Muslim ke India dan Asia Tenggara. Pada rentang waktu tahun 1466–1472, saudagar Rusia, Afanasy Nikitin asal Tver, melakukan perjalanan ke India, kemudian mengisahkannya kembali di dalam bukunya yang berjudul Perjalanan di Seberang Tiga Laut.
Perjalanan-perjalanan lewat darat ini hanya sedikit memberi dampak langsung. Kemaharajaan bangsa Mongol tumbang nyaris secepat pembentukannya, dan tidak lama kemudian rute ke timur menjadi semakin berbahaya dan sukar ditempuh. Wabah Maut Hitam pada abad ke-14 juga menghalangi orang untuk melakukan perjalanan dan perdagangan untuk sementara waktu.[40]
Agama
Agama memainkan peran penting dalam memotivasi ekspansionisme bangsa Eropa. Pada tahun 1487, duta-duta Portugis, Pero da Covilhã dan Afonso de Paiva, berangkat dalam misi penyamaran untuk mengumpulkan keterangan mengenai rute laut potensial menuju India, dan menyelidiki hal ihwal Presbiter Yohanes, seorang raja merangkap batrik Nestorian yang diyakini berdaulat atas beberapa daerah di anak benua India. Covilhã disambut hangat saat tiba di Etiopia, tetapi dilarang meninggalkan negeri itu.[41]

Pada Abad Pertengahan, penyebaran agama Kristen ke seluruh Eropa membangkitkan hasrat untuk mewartakan Injil di negeri-negeri yang jauh. Ikhtiar penginjilan ini menjadi bagian penting dari penaklukan-penaklukan militer yang dilakukan negara-negara Eropa, seperti Portugal, Spanyol, dan Prancis, dan kerap menuntun kepada perpindahan agama masyarakat pribumi, baik sukarela maupun terpaksa.[42][43]
Tarekat-tarekat religius seperti Fransiskan, Dominikan, Augustinian, dan Yesuit berperan serta dalam sebagian besar usaha penyebaran agama Kristen di Dunia Baru. Pada akhir abad ke-16 dan ke-17, kehadiran tarekat Yesuit kian menonjol seiring usaha mereka untuk mengukuhkan kembali kekuasaan dan memulihkan budaya Katolik Eropa yang rusak akibat Reformasi Protestan.[44]
Misi Tionghoa (tahun 1405–1433)

Bangsa Tionghoa memiliki koneksi dagang yang luas di Asia, bahkan sudah berlayar sampai ke tanah Arab, Afrika Timur, dan Mesir sejak zaman kulawangsa Tang (tahun 618–907 Masehi). Antara tahun 1405 sampai 1421, Maharaja Yongle, penguasa ke-3 dari kulawangsa Ming, mendanai pelayaran-pelayaran jarak jauh dengan misi mengumpulkan upeti di bawah pimpinan Laksamana Zheng He.[45]
Searmada jung baru disiapkan untuk menjalankan ekspedisi-ekspedisi diplomatik internasional. Jung-jung paling besar, yang dijuluki bao chuan (jung harta) oleh orang-orang Tionghoa, mungkin saja berukuran 121 meter, dan diawaki ribuan pelaut. Ekspedisi yang pertama bertolak dari Tiongkok pada tahun 1405. Sekurang-kurangnya ada tujuh ekspedisi yang terdokumentasi dengan baik, masing-masing ekspedisi lebih besar dan lebih mahal daripada ekspedisi yang mendahuluinya. Armada-armada itu menyambangi Jazirah Arab, Afrika Timur, India, Nusantara, dan Siam, sembari melakukan pertukaran barang sepanjang rute yang dilaluinya.[46] Pihak armada menghadiahkan emas, perak, porselen, maupun sutra, dan dibalas dengan barang-barang yang belum pernah mereka jumpai sebelumnya, misalnya burung unta, zebra, unta, gading, dan jerapah.[47][48] Sesudah Maharaja Yongle mangkat, ekspedisi terakhir di bawah pimpinan Zheng He bertolak dari Nanking pada tahun 1431, dan kembali ke Beijing pada tahun 1433. Kemungkinan besar ekspedisi terakhir ini berlayar jauh sampai ke Madagaskar. Pengalaman-pengalaman selama berlayar dicatat oleh Ma Huan, penerjemah Muslim yang mendampingi Zheng He dalam tiga eskpedisi. Catatannya diterbitkan dengan judul Yingya Shenglan (Meninjau Sekujur Tepian Samudra) (1433).[49]
Pelayaran-pelayaran itu berdampak penting dan langgeng terhadap penataan jejaring kerja bahari, memanfaatkan dan menciptakan nodus-nodus dan saluran-saluran dalam pelaksanaannya, dan dengan demikian merestrukturisasi hubungan-hubungan dan pertukaran-pertukaran internasional dan lintas budaya.[50] Pelayaran-pelayaran itu pada khususnya sangat berdampak lantaran belum ada negara lain yang meluaskan dominasi angkatan lautnya ke segala sektor di Samudra Hindia sebelum pelayaran-pelayaran tersebut.[51] Kulawangsa Ming mempromosikan nodus-nodus alternatif sebagai strategi untuk dapat mengendalikan jejaring kerja itu.[52] Sebagai contoh, berkat keterlibatan bangsa Tionghoa, pelabuhan-pelabuhan seperti Malaka (di Asia Tenggara), Koci (di pesisir Malabar), dan Malindi (di pesisir Swahili) tumbuh menjadi alternatif penting bagi pelabuhan-pelabuhan lain yang sudah mapan.[c][53] Kemunculan armada harta kulawangsa Ming menciptakan dan mempersengit persaingan antarnegara dan antarlawan-tanding, masing-masing pihak berusaha menjalin persekutuan dengan Tiongkok.[50] Ekspedisi-ekspedisi tersebut berkembang menjadi sebuah usaha dagang, dengan kendali kemaharajaan mencengkeram pasar-pasar lokal dan transaksi-transaksi dipantau istana, yang mendatangkan laba bagi Tiongkok dan konco-konconya. Pelayaran-pelayaran itu meningkatkan perdagangan dan produksi regional, menimbulkan kenaikan mendadak pasokan barang di Erasia dan mengakibatkan jungkir balik harga di Eropa pada awal abad ke-15.[54]
Hubungan penerima dan pembayar upeti yang dipromosikan dalam pelayaran-pelayaran itu mengejawantahkan tren ke arah interkoneksi lintas regional dan globalisasi perdana di Asia dan Afrika.[55] Hubungan diplomatik yang terbina atas dasar perdagangan bahari yang saling menguntungkan, unjuk gigi angkatan laut Tiongkok di perairan-perairan asing, serta superioritas angkatan laut Tiongkok menjadi faktor utama dalam interaksi-interasi tersebut.[56] Pelayaran-pelayaran itu melahirkan integrasi regional Samudra Barat dan meningkatkan sirkulasi internasional orang-orang, gagasan-gagasan, maupun barang-barang. Pelayaran-pelayaran itu membangun landasan bagi diskursus-diskursus kosmopolitan, yang berlangsung di lokasi-lokasi seperti jung-jung armada harta kulawangsa Ming, pusat pemerintahan kulawangsa Ming di Nanjing maupun Beijing, dan acara-acara jamuan yang digelar di istana kulawangsa Ming bagi duta-duta asing.[50] Kelompok-kelompok manusia yang beraneka ragam dari negeri-negeri bahari berkumpul, berinteraksi, dan berlayar bersama-sama ketika armada harta bertolak dari dan menuju Tiongkok.[50] Untuk pertama kalinya kawasan bahari yang terbentang dari Tiongkok sampai ke Afrika berada di bawah dominansi satu kekuatan kemaharajaan, sehingga memungkinkan terciptanya suatu ruang yang bersifat kospomolitan.[57]
Pelayaran-pelayaran jarak jauh itu tidak ditindaklanjuti, lantaran kulawangsa Ming memutuskan untuk berlindung di balik haijin, suatu kebijakan isolasionisme, dengan kegiatan perdagangan bahari yang terbatas. Perjalanan-perjalanan mendadak terhenti sesudah Maharaja Yongle mangkat, lantaran orang-orang Tionghoa kehilangan minat terhadap negeri-negeri yang mereka sifatkan sebagai negeri-negeri tak beradab, dan mengalihkan perhatian ke dalam negeri,[58] lagipula kaisar-kaisar berikutnya merasa ekspedisi-ekspedisi semacam itu membahayakan negeri Tiongkok; Maharaja Hongxi memutuskan untuk membatalkan ekspedisi-ekspedisi lanjutan, dan Maharaja Xuande melarang penyebarluasan sebagian besar informasi tentang pelayaran-pelayaran Zheng He.
Samudra Atlantik (tahun 1419–1507)

Sejak abad ke-8 hingga abad ke-15, Republik Venesia dan negara-negara republik bahari tetangganya memonopoli perdagangan Eropa dengan Timur Tengah. Perdagangan sutra dan perdagangan rempah-rempah, yang memperjualbelikan rempah, ratus, herba, obat-obatan, dan candu, membuat negara-negara kota itu kaya raya. Rempah-rempah tergolong komoditas termahal dan terlaris pada Abad Pertengahan, sebab digunakan untuk kepentingan pengobatan,[59] upacara keagamaan, kosmetika, minyak wangi, maupun sebagai penambah cita rasa dan bahan pengawet makanan.[60] Semuanya diimpor dari Asia dan Afrika.
Saudagar-saudagar Muslim mendominasi rute-rute laut di seantero Samudra Hindia, membuka aliran barang dari kawasan-kawasan penghasil komoditi di Timur Jauh dan mengapalkan barang-barang bagi pusat-pusat perdagangan di India, teristimewa Kalikut, mengangkut barang-barang itu ke barat, yakni ke Ormus in the Teluk Persia dan Jedah di Laut Merah. Dari Ormus dan Jedah, barang-barang itu diangkut lewat jalur-jalur darat ke daerah pesisir Laut Tengah. Saudagar-saudagar Venesia mendistribusikan barang-barang itu ke seluruh Eropa sampai dengan bangkitnya Kesultanan Usmani, yang berbuntut pada peristiwa kejatuhan Konstantinopel tahun 1453, sehingga menghalangi bangsa Eropa untuk melintasi beberapa rute kombinasi jalur darat dan jalur laut di daerah-daerah sekitar Laut Egea, Selat Bosporus, dan Laut Hitam.[butuh rujukan] Meskipun demikian, Venesia dan negara-negara republik bahari lainnya masih mendapatkan pasokan barang-barang Asia dalam jumlah yang lebih terbatas, dengan berdagang di kawasan tenggara Laut Tengah, di bandar-bandar seperti Antiokhia, Ako, dan Aleksandria.
Lantaran terpaksa membatasi kiprahnya di Laut Hitam, dan sedang berperang melawan Venesia, orang-orang Genova memutuskan untuk banting setir ke Afrika Utara, beralih ke usaha dagang gandum dan minyak Zaitun maupun usaha mencari emas dan perak. Bangsa Eropa senantiasa mengalami defisit emas dan perak,[61] lantaran emas dan perak hanya mengalir ke luar, untuk kepentingan perdagangan dengan dunia Timur yang sudah terputus ketika itu. Beberapa tambang di Eropa sudah kehabisan cadangan bijih,[62] Ketiadaan lantakan menuntun kepada pengembangan sistem perbankan yang rumit untuk mengelola risiko dalam perdagangan (bank negara yang pertama, Banco di San Giorgio, didirikan di Genova pada tahun 1407). Lantaran juga berlayar ke pelabuhan-pelabuhan di Brugge (Flandria) dan Inggris, dibentuklah paguyuban-paguyuban perantau Genova di Portugal,[63] yang memetik laba dari usaha dagang maupun dari keahlian finansial mereka.
Pelayaran bangsa Eropa lebih banyak di lakukan dari pelabuhan ke pelabuhan, tidak jauh-jauh dari daratan, dengan berpedoman kepada peta-peta portolan. Peta-peta ini menampilkan rute-rute laut yang sudah terbukti aman dan berpandukan tengaran-tengaran di pantaiː Para pelaut bertolak dari satu titik, mengikuti arah kompas, lalu berusaha mengidentifikasi lokasi mereka dengan melihat tengaran-tengaran.[64] Untuk pelayaran penjelajahan samudra yang pertama, orang-orang Eropa memanfaatkan kompas maupun kemajuan-kemajuan baru yang progresif di bidang kartografi dan astronomi. Alat-alat navigasi Arab seperti astrolab dan kuadran digunakan untuk memandu arah dengan cara mengamati bintang-bintang.
Negeri-negeri Muslim di Asia pada umumnya lebih berkembang ekonominya dan lebih baik prasarananya daripada negeri-negeri di Eropa pada masa itu, sekalipun perubahan-perubahan ekonomi di Eropa akibat wabah Maut Hitam memberi lebih banyak kebebasan bagi masyarakat kalangan bawah maupun kalangan atas.[65] Negara-negara kemaharajaan mesiu menyingkap pengetahuan tentang tempat-tempat yang menguntungkan kepada para pedagang Kristen Eropa, misalnya tentang letak Indonesia, sehingga menerbitkan hasrat untuk menjalin hubungan dagang dengan bangsa-bangsa Muslim selain negara-negara kemaharajaan mesiu tersebut, sekalipun umat Kristen Eropa memendam antipati terhadap umat Muslim.[65]
Penjelajahan bangsa Portugis

Pada tahun 1297, Raja Dinis tertarik untuk menggeluti usaha ekspor barang. Pada tahun 1317, ia menjalin kerjasama dengan seorang saudagar bahariwan Genova bernama Manuel Pessanha, mengangkatnya menjadi laksamana angkatan laut Portugal yang pertama, demi melindungi kerajaannya dari rongrongan gerombolan bajak laut Muslim.[66] Merebaknya wabah penyakit pes mengakibatkan populasi Portugal mengalami penurunan tajam pada seperdua akhir abad ke-14: hanya laut yang menawarkan mata pencaharian alternatif, dan sebagian besar populasi Portugal menetap di daerah-daerah penangkapan ikan dan perdagangan yang terletak di kawasan pesisir.[67] Antara tahun 1325 hingga tahun 1357, Raja Afonso IV berusaha membangkitkan perdagangan bahari dan memerintahkan pelaksanaan pelayaran-pelayaran jelajah yang pertama.[68] Kepulauan Kanaria, yang sudah tidak asing lagi bagi orang-orang Genova, diklaim sebagai daerah yang secara resmi ditemukan di bawah naungan Portugal, tetapi klaim ini digugat Kerajaan Kastila pada tahun 1344, sehingga membuat persaingan kedua kerajaan itu terbawa-bawa sampai ke laut.[69][70]
Demi memonopoli perdagangan, bangsa Eropa (mula-mula bangsa Portugis) berusaha menerapkan sistem niaga Laut Tengah, yang memanfaatkan kekuatan dan intimidasi militer untuk menggiring perdagangan bahari melewati pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah kendali mereka; dan dengan demikian dapat dipajaki.[71] Pada tahun 1415, Ceuta ditaklukan bangsa Portugis dengan tujuan untuk mengendalikan lalu-lintas pelayaran di perairan pesisir Afrika. Pangeran Henrique Mualim yang baru berumur 21 tahun ikut terlibat dalam perang penaklukan itu. Ia lantas menyadari bahwa ada banyak peluang untuk mengeruk laba di rute-rute perdagangan lintas Sahara. Rute-rute perdagangan budak dan emas, yang menghubungkan Afrika Barat dengan Laut Tengah, melintasi kawasan barat Gurun Sahara, berada di bawah kendali orang-orang Moro di Afrika Utara.
Pangeran Henrique ingin tahu seluas apa wilayah-wilayah kekuasaan Muslim membentang, dengan harapan dapat melintasinya sehingga dapat berdagang secara langsung dengan Afrika Barat lewat laut, dan menjalin persekutuan dengan negeri-negeri Kristen legendaris nun jauh di selatan[72] seperti kerajaan Presbiter Yohanes yang sudah lama tak terdengar lagi kabar beritanya,[73] serta menjajaki kemungkinan untuk berlayar sampai ke Hindia, sumber perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan itu. Ia lantas memodali pelayaran-pelayaran ke pesisir Mauritania, mengumpulkan saudagar-saudagar, para pemilik kapal, dan para pemangku kepentingan yang menaruh minat pada usaha meneroka jalur-jalur laut yang baru. Tidak lama kemudian, bangsa Portugis berhasil mencapai Kepulauan Madeira (pada tahun 1419) dan Kepulauan Azores (pada tahun 1427) di Samudra Atlantik. Pemimpin ekspedisi bahari yang mendirikan permukiman di Madeira adalah penjelajah Portugis João Gonçalves Zarco.[74]
Bangsa Eropa tidak tahu apa saja yang berada di balik Tanjung Não (Tanjung Non), dan tidak tahu apakah orang bisa kembali sesudah berlayar melewatinya.[75] Pelayaran penjajakan yang diprakarsai Pangeran Henrique menantang mitos-mitos pelayaran yang memperingatkan para pelaut akan ancaman monster-monster laut di ujung dunia. Mulai dari tahun 1421, tantangan itu dibuktikan dengan pelayaran yang dilakukan secara sistematis, dan perairan Tanjung Bojador yang berbahaya pun akhirnya berhasil dilewati pada tahun 1434 oleh Gil Eanes, salah seorang nakhoda Pangeran Henrique.
Mulai tahun 1440, karawal-karawal digunakan secara ekstensif untuk menjajaki perairan pesisir Afrika. Karawal adalah kapal khas Iberia yang dimanfaatkan untuk keperluan penangkapan ikan, perdagangan, maupun militer. Tidak seperti kapal-kapal lain pada masa itu, karawal dilengkapi dengan kemudi cawat, bukan dengan kemudi sepak. Sarat airnya rendah, sehingga memudahkan usaha penjajakan perairan pantai yang belum dikenal. Karawal adalah kapal dengan kinerja berlayar yang baik, memiliki kemampuan menentang arah angin yang layak diacungi jempol menurut standar-standar masa itu.[d] Perangkat layar latin kurang berguna bilamana kapal dibawa berlayar searah hembusan angin – inilah sebabnya Kolumbus Kristoforus Kolumbus (bahasa Italia: Cristoforo Colombo) mengganti perangkat layar di kapal Niña dengan perangkat layar persegi.[77]
Dalam menentukan arah melalui pengamatan bintang-bintang, bangsa Portugis berpedoman kepada efemeris, yang meluas pemanfaatannya pada abad ke-15. Bagan astronomis ini menginformasikan letak bintang-bintang pada jangka waktu tertentu. Almanac Perpetuum yang diterbitkan pada tahun 1496 oleh Abraham Zacuto, astronom merangkap astrolog dan metematikawan Yahudi, memuat beberapa tabel pergerakan bintang-bintang semacam ini.[78] Tabel-tabel ini merevolusi pengetahuan manusia dalam menentukan arah, lantaran memungkinkan perhitungan garis lintang. Garis bujur belum dapat dipastikan perhitungannya sampai berabad-abad kemudian.[79][80] Dengan menggunakan karawal, penjelajahan sistematis terus dilanjutkan kian jauh ke selatan, rata-rata maju satu derajat per tahun.[81] Senegal dan Jazirah Tanjung Verde masing-masing dicapai pada tahun 1445 dan 1446, Álvaro Fernandes terus merangsek maju sampai ke wilayah Sierra Leone saat ini.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Usmani pada tahun 1453 dirasakan sebagai hantaman terhadap dunia Kristen maupun hubungan-hubungan niaga yang sudah terbina dengan dunia Timur. Pada tahun 1455, Paus Nikolaus V mengeluarkan bula Romanus Pontifex, mengukuhkan kembali bula Dum Diversas tahun 1452 yang menganugerahkan seluruh daratan dan perairan yang ditemukan di balik Tanjung Bojador kepada Raja Afonso V maupun para penggantinya, memutuskan hubungan dagang dengan orang-orang Muslim dan pagan, serta memberi izin untuk menaklukkan maupun menggencarkan perang melawan mereka, dan dengan demikian memprakarsai kebijakan mare clausum di Samudra Atlantik.[82] Raja Afonso V, yang sudah menanyai pakar-pakar Genova tentang jalan laut menuju India, memerintahkan pembuatan peta dunia Fra Mauro, yang tiba di Lisboa pada tahun 1459.[83] Pada tahun 1456, Diogo Gomes berhasil mencapai Kepulauan Tanjung Verde. Pada dasawarsa berikutnya, nakhoda-nakhoda Pangeran Henrique berhasil menemukan pulau-pulau selebihnya yang kelak diduduki Portugis pada abad ke-15. Bangsa Portugis akhirnya berhasil mencapai Teluk Guinea pada dasawarsa 1460-an.
Penjelajahan bangsa Portugis sepeninggal Pangeran Henrique
Pada tahun 1460, Pedro de Sintra berhasil mencapai Sierra Leone. Pangeran Henrique Mualim mangkat pada bulan November tahun itu. Sepeninggal sang pangeran, mengingat jumlah pemasukan yang tidak seberapa, usaha penjelajahan samudra dipercayakan kepada Fernão Gomes, saudagar asal Lisboa, pada tahun 1469. Sebagai ganti hak memonopoli perdagangan di Teluk Guinea, Fernão Gomes diwajibkan melakukan pelayaran penjelajahan sejauh 100 mil (161 kilometer) per tahun selama lima tahun.[84] Dengan dana dari pundi-pundi Fernão Gomes, penjelajah João de Santarém, Pedro Escobar, Lopo Gonçalves, Fernão do Pó, dan Pedro de Sintra berlayar melampaui target tersebut. Mereka berhasil mencapai Belahan Bumi Selatan dan kawasan kepulauan Teluk Guinea, termasuk Pulau São Tomé dan Príncipe dan bandar Elmina di Pantai Emas pada tahun 1471. Di tempat yang kelak dikenal dengan nama "Pantai Emas", yakni di wilayah Ghana saat ini, bangsa Portugis mendapati perdagangan emas aluvial yang ramai dan melibatkan pedagang-pedagang pribumi, Arab, dan Berber.
Pada tahun 1478, di tengah kecamuk Perang Suksesi Kastila, tak jauh dari pantai di Elmina pecah pertempuran besar antara armada Kastila, yang terdiri atas 35 karawal, melawan armada Portugis, memperebutkan hegemodi dagang (emas, budak, gading, dan cabai kathur) di Guinea. Pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak angkatan laut Portugis, disusul terbitnya pengakuan resmi dari Para Prabu Katolik terhadap kedaulatan Portugis atas sebagian besar dari wilayah di Afrika Barat yang dipersengketakan kedua negara. Pengakuan tersebut tertuang dalam Perjanjian Alcáçovas tahun 1479. Inilah perang kolonial yang pertama antaranegara Eropa.

Pada tahun 1481, Raja João II memutuskan untuk membangun faktori São Jorge da Mina. Diogo Cão menjelajahi Sungai Konggo pada tahun 1482,[85] dan berhasil mencapai Tanjung Salib (sekarang Namibia) pada tahun 1486.
Terobosan besar berikutnya terjadi pada tahun 1488, ketika Bartolomeu Dias berhasil berlayar mengitari ujung selatan Benua Afrika, yang ia namakan Cabo das Tormentas, "Tanjung Taufan", dan berlabuh di Teluk Mossel, kemudian terus berlayar hala ke timur hingga mencapai muara Sungai Ikan Besar, membuktikan bahwa Samudra Hindia dapat dicapai dengan berlayar dari Samudra Atlantik. Pada waktu yang sama, Pero da Covilhã, yang ditugaskan untuk diam-diam menjelajah ke pedalaman, akhirnya sampai ke Etiopia sesudah menghimpun informasi penting mengenai Laut Merah dan pesisir Quenia, mengisyaratkan bahwa sebentar lagi rute ke Hindia bakal tampak di depan mata.[86] Tidak lama kemudian Raja João II mengganti nama Cabo das Tormentas menjadi Cabo da Boa Esperança, "Tanjung Harapan", lantaran besarnya rasa optimis yang terbit dari peluang terbukanya jalan laut ke India, membuktikan betapa kelirunya anggapan yang dianut dari zaman Ptolemeus bahwa Samudra Hindia adalah perairan yang terkungkung daratan.
Berdasarkan cerita-cerita yang muncul kemudian hari tentang keberadaan pulau hantu Bacalao, dan gambar-gambar yang terpahat pada permukaan Cadas Dighton, sebagian pihak menduga bahwa penjelajah Portugis João Vaz Corte-Real menemukan Newfoundland pada tahun 1473, tetapi sumber-sumber tersebut dianggap tidak andal.[87]
Penjelajahan bangsa Spanyol: Pendaratan Kolumbus di Benua Amerika

Kastila, saingan Portugal yang juga terletak di Jazirah Iberia, mulai menancapkan kekuasaannya di Kepulauan Kanaria pada tahun 1402, tetapi terganjal kisruh politik internal Iberia dan perjuangan melawan berbagai upaya Invasi dan penyerbuan Islam hampir sepanjang abad ke-15. Menjelang akhir abad itu, sesudah Kerajaan Kastila bersatu dengan Kerajaan Aragon, negara Spanyol moderen yang terlahir dari penyatuan itu pun membulatkan tekad untuk meneroka rute-rute dagang baru melalui laut. Kerajaan Aragon ketika itu merupakan salah satu kekuatan bahari di di Laut Tengah, berdaulat atas daerah-daerah di kawasan timur Spanyol, kawasan selatan Prancis, pulau-pulau besar seperti Sisilia, Malta, Kerajaan Napoli, dan Sardinia, serta wilayah di Eropa Daratan yang membentang sampai ke negeri Yunani. Pada tahun 1492, Para Prabu Katolik berhasil menaklukkan Kerajaan Granada, kerajaan orang Moro yang menyalurkan barang-barang Afrika ke Kastila melalui upeti, dan memutuskan untuk mendanai ekspedisi Kristoforus Kolumbus dengan harapan dapat melangkahi monopoli Portugal atas rute-rute laut Afrika Barat, demi mencapai "Tanah Hindia" (Asia Timur dan Asia Selatan) dengan berlayar hala ke barat.[88] Sebelum itu, Kolumbus sudah dua kali menawarkan rencana ekspedisinya kepada Raja João II, yakni pada tahun 1485 dan 1488, tetapi ditolak.
Selepas senja, tanggal 3 Agustus 1492, Kolumbus bertolak dari Palos de la Frontera. Daratan terlihat pada tanggal 12 Oktober 1492, dan Kolumbus memberikan nama San Salvador kepada daratan (salah satu pulau di antara gugusan pulau yang sekarang menjadi wilayah negara Bahama) yang ia sangka "Hindia Timur" itu. Kolumbus menjelajahi pesisir timur laut Kuba dan pesisir utara Hispanyola, pada tanggal 5 Desember.
Baca juga
Keterangan
- ^ Dalam konteks ini, tradisi Eropa Utara mengacu kepada kawasan pantai Samudra Atlantik di Benua Eropa, yaitu kawasan yang membentang sepanjang Laut Utara hingga Laut Baltik.
- ^ Tradisi utama lainnya di bidang perkapalan Eropa Utara adalah koga, dengan papan-papan dasar kapal yang disusun berendeng rapat, seperti susunan papan lambung karawal, tetapi yang mula-mula dikerjakan dalam pembuatan koga adalah lambungnya, berbeda dari pembuatan karawal yang diawali dengan pengerjaan gading-gadingnya.
- ^ Pelabuhan-pelabuhan utama di kawasan-kawasan tersebut adalah Palembang di Selat Malaka, Kalikut di pesisir Malabar, dan Mombasa di pesisir Swahili (lih. Sen 2016).
- ^ Kemampuan berlayar menentang arah angin pada kapal-kapal historis yang setingkat dengan kapal-kapal lain, dihasilkan oleh perpaduan perangkat layar dan bentuk lambung. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah kerak yang menempel pada lambung kapal, dan kemudi cawat jelas lebih menguntungkan ketimbang kemudi sepak, antara lain karena lebih sedikit gaya hambatnya, tetapi juga karena memiliki efek hidrodinamis yang sedikit mengurangi gerak hanyut menyamping.[76]
Rujukan
- ^ "The Age of Exploration".
- ^ Butel, Paul (2002-03-11). The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 978-0-203-01044-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 April 2021. Diakses tanggal 2021-11-15.
- ^ Kleinhenz, Christopher (2004). Medieval Italy: An Encyclopedia. 1. Routledge. hlm. 407.
- ^ "Portuguese, The – Banglapedia". en.banglapedia.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2017.
- ^ Raychaudhuri, Tapan (1982). The Cambridge Economic History of India: Volume 1, C.1200-c.1750. CUP Archive. ISBN 978-0-521-22692-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 04 Juli 2014. Diakses tanggal 19 Mei 2022.
- ^ Arnold, David (2006). The Age of Discovery, 1400-1600, (London: Routledge), hlm XI, https://books.google.com/books?id=SbIEAQAAQBAJ&q=The+Age+of+Discovery,+1400-1600
- ^ "Bartolomeu Dias". infoplease. Sandbox Networks, Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Mei 2015. Diakses tanggal 29 Mei 2015.
- ^ "BBC – History – Leif Erikson". www.bbc.co.uk (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Januari 2012. Diakses tanggal 06 Oktober 2020.
- ^ Fernández-Armesto, Felipe (2007). Amerigo: The Man Who Gave His Name to America (dalam bahasa Inggris). New York: Random House. hlm. 73. ISBN 978-1-4000-6281-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2022. Diakses tanggal 06 Oktober 2020.
- ^ Davidson, M. H. (1997). Columbus Then and Now: A Life Re-examined. Norman: University of Oklahoma Press, hlm. 417.
- ^ rangka ml "Columbus to the Caribbean" Periksa nilai
|archive-url=
(bantuan). fsmitha.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Maret 2022. Diakses tanggal 31 Januari 2016. - ^ "Christopher Columbus – Exploration". history.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Juni 2022. Diakses tanggal 31 Januari 2016.
- ^ Diffie, Bailey W., dan George D. Winius, "Foundations of the Portuguese Empire, 1415–1580", hlm. 176
- ^ Zweig, Stefan, "Conqueror of the Seas – The Story of Magellan", Read Books, 2007, ISBN 1-4067-6006-4
- ^ a b c d e f g Paine, Lincoln (2013). The Sea and Civilization: A Maritime History of the World. New York: Random House, LLC.
- ^ Merson, John (1990). The Genius That Was China: East and West in the Making of the Modern World
. Woodstock, NY: The Overlook Press. ISBN 978-0-87951-397-9. Pendamping Serial PBS The Genius That Was China.
- ^ a b Adams, Jonathan (2013). A maritime archaeology of ships : innovation and social change in medieval and early modern Europe (edisi ke-1). Oxford, Inggris Raya. ISBN 978-1-84217-297-1.
- ^ a b Keith, Donald H; Carrell, Toni L, ed. (1992). Underwater Archaeology Proceedings from the Society for Historical Archaeology Conference: Kingston, Jamaica 1992. Society for Historical Archaeology. ISBN 9789992087121.
- ^ Leshikar-Denton, Margaret (2014). Catsambis, Alexis; Ford, Ben; Hamilton, Donny L., ed. The Oxford handbook of maritime archaeology (edisi ke-Edisi perdana adalah edisi sampul lunak terbitan Oxford University Press). Oxford New York Auckland Cape Town: Oxford University Press. ISBN 9780199336005.
- ^ Arnold 2002, p. xi.
- ^ Houben, 2002, pp. 102–04.
- ^ Harley & Woodward, 1992, pp. 156–61.
- ^ Abu-Lughod 1991, hlm. 121.
- ^ Arnold 2002, p. 5.
- ^ Love 2006, hlm. 130.
- ^ silk-road 2008, web.
- ^ a b DeLamar 1992, hlm. 328.
- ^ Abu-Lughod 1991, hlm. 158.
- ^ Crowley, Roger (2011). City of Fortune (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-Main). Faber & Faber. ISBN 978-0-571-24595-6.
- ^ Voegelin, Eric (1940). "The Mongol Orders of Submission to European Powers, 1245–1255". Byzantion. 15: 378–413. JSTOR 44168533.
- ^ Grousset, Empire, hlm. 280–281.
- ^ Mancall 2006, hlm. 14.
- ^ Mancall 2006, hlm. 3.
- ^ Stark, Rodney (2005). The Victory of Reason: How Christianity Led to Freedom, Capitalism and Western Success
. New York: Random House Trade Paperbacks. hlm. 137. ISBN 978-0-8129-7233-7.
- ^ Parry 2006, hlm. 69.
- ^ Diffie 1977, hlm. 24–25.
- ^ Dunn 2004, hlm. 310.
- ^ Chen, Yuan Julian (2021-10-11). "Between the Islamic and Chinese Universal Empires: The Ottoman Empire, Ming Dynasty, and Global Age of Explorations". Journal of Early Modern History. 25 (5): 422–456. doi:10.1163/15700658-bja10030. ISSN 1385-3783. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2022. Diakses tanggal 2022-03-24.
- ^ Mancall 1999, hlm. 36.
- ^ DeLamar 1992, hlm. 329.
- ^
"Covilham, Pero". Encyclopædia Britannica. 7 (edisi ke-11). 1911. hlm. 344–345.
- ^ Viault, Birdsall (1991). Modern European History (edisi ke-II. Series). McGraw Hill. hlm. 82–83. ISBN 0-07-067453-1.
- ^ Ricard, Robert (1966). An Essay on the Apostolate and the Evangelizing Methods of the Mendicant Orders in New Spain: 1523–1572, diterjemahkan dari bahasa Prancis oleh Lesley Bird Simpson. University of California Press.
- ^ Campbell, Thomas J. The Jesuits, 1534–1921: A History of the Society of Jesus from Its Foundation to the Present Time. New York: The Encyclopedia Press. ISBN 978-0-87821-018-3. Diakses tanggal 30 Maret 2023.
- ^ Arnold 2002, hlm. 7.
- ^ Tamura 1997, hlm. 70.
- ^ Cromer 1995, hlm. 117.
- ^ Tsai 2002, hlm. 206.
- ^ Mancall 2006, hlmn. 115.
- ^ a b c d Sen (2016), 609–611 & 631–633.
- ^ Sen (2016), 609.
- ^ Sen (2016), 615.
- ^ Sen (2016), 620–621.
- ^ Sen (2016), 624–626.
- ^ Chen (2019), 41–42.
- ^ Sen (2016), 631–633.
- ^ Sen (2016), 611.
- ^ Mancall 2006, hlm. 17.
- ^ Sedemikian pentingnya rempah-rempah bagi asas-asas humorisme pengobatan Abad Pertengahan sampai-sampai tidak lama sesudah memasuki perdagangan rempah-rempah, para apoteker dan tabib seperti Tomé Pires dan Garcia da Orta (lih. Burns 2001, hlm. 14) diberangkatkan ke India sesudah mempelajari rempah-rempah di dalam karya-karya tulis seperti Suma Oriental (lih. Pires 1512, hlm. lxii) dan Colóquios dos simples e drogas da India (Percakapan Seputar obat-obatan satu jenis tanaman dan obat-obatan reramuan dari India)
- ^ ScienceDaily 1998, news.
- ^ Spufford 1989, hlmn. 339–349.
- ^ Spufford 1989, hlm. 343.
- ^ Abu-Lughod 1991, hlm. 122.
- ^ Parry 1981, hlm. 33.
- ^ a b Corbett, P. Scott; Janssen, Volker; Lund, John M.; Pfannestiel, Todd; Waskiewicz, Sylvie; Vickery, Paul (2024-01-11). "1.2 Europe on the Brink of Change". OpenStax (dalam bahasa English). Diakses tanggal 22 April 2024.
- ^ Diffie 1977, hlm. 210.
- ^ Newitt 2005, hlm. 9.
- ^ Diffie 1960, hlm. 49.
- ^ Diffie 1977, hlmn. 29–31.
- ^ Butel 1999, hlm. 36.
- ^ Chaudhuri, K.N. (1985). Trade and Civilization in the Indian Ocean: An Economic History from the Rise of Islam to 1750. Cambridge University Press. hlm. 64.
- ^ DeLamar 1992, hlm. 333.
- ^ Anderson 2000, hlm. 50.
- ^ Joaquinn Pedro Oliveira Martins, The Golden Age Of Prince Henry The Navigator. (New York: Dutton), hlm. 72.
- ^ Locke 1824, hlm. 385.
- ^ Palmer, Colin (September 2009). "Windward Sailing Capabilities of Ancient Vessels". International Journal of Nautical Archaeology. 38 (2): 314–330. Bibcode:2009IJNAr..38..314P. doi:10.1111/j.1095-9270.2008.00208.x.
- ^ Elbl, Martin (1994). "The Caravel and the Galleon". Dalam Gardiner, Robert; Unger, Richard W. Cogs, Caravels and Galleons: the sailing ship, 1000–1650. London: Conway Maritime Press. ISBN 0-85177-560-8.
- ^ Nissan Mindel, Rabbi Abraham Zacuto – (1450–1515), http://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/111917/jewish/Rabbi-Abraham-Zacuto.htm Diarsipkan 2021-11-07 di Wayback Machine.
- ^ Parry 1981, hlm. 145.
- ^ Diffie 1977, hlmn. 132–134.
- ^ Russell-Wood 1998, hlm. 9.
- ^ Daus 1983, hlm. 33.
- ^ Bagrow 1964, hlm. 72.
- ^ Diffie 1977, hlmn. 145–148.
- ^ DeLamar 1992, hlm. 335.
- ^ Anderson 2000, hlm. 59.
- ^ Lusa. "Portugueses chegaram à América 19 anos antes de Colombo". Expresso. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Desember 2018. Diakses tanggal 29 Juli 2018.
- ^ DeLamar 1992, hlm. 341.
Kepustakaan
Sumber primer
- Castillo, Bernal Díaz del, John Michael Cohen (1963). The conquest of New Spain
. Penguin Classics. hlm. 1. ISBN 978-0-14-044123-9. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Galvano, Antonio (2004-03-01). The Discoveries of the World from Their First Original Unto the Year of Our Lord 1555, issued by the Hakluyt Society. Kessinger Publishing. ISBN 978-0-7661-9022-1. Diakses tanggal 16 Juni 2011. [pranala nonaktif permanen]
- Linschoten, Jan Huyghen van (2004). Voyage to Goa and Back, 1583–1592, with His Account of the East Indies: From Linschoten's Discourse of Voyages, in 1598. New Delhi, AES. ISBN 978-81-206-1928-9.
- Mancall, Peter C. (2006). Travel narratives from the age of discovery: an anthology. Oxford University Press US. ISBN 978-0-19-515597-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Juli 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Pires, Tomé, Armando Cortesão, Francisco Rodrigues (1990). The Suma oriental of Tome Pires: an account of the East, from the Red Sea to China, written in Malacca and India in 1512–1515; and, The book of Francisco Rodrigues: Pilot-Major of the armada that discovered Banda and the Moluccas. Asian Educational Services. ISBN 978-81-206-0535-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- "Real Cédula aprobando la capitulación concedida por Carlos V a Francisco Pizarro para la conquista y población del Perú" (dalam bahasa Spanyol). Biblioteca Virtual Miguel de Cervantes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Agustus 2011. Diakses tanggal 17 Juni 2010.
Sumber sekunder
- Abu-Lughod, Janet (1991). Before European Hegemony: The World System A.D. 1250–1350. Oxford University Press US. ISBN 978-0-19-506774-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Anderson, James Maxwell (2000). The history of Portugal. Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-313-31106-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 07 April 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Arciniegas, Germán (1978). Amerigo and the New World: The Life & Times of Amerigo Vespucci. Octagon Books. ISBN 978-0-374-90280-3.
- Armesto, Felipe Fernandez (2006). Pathfinders: A Global History of Exploration. W.W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-06259-5.
- Arnold, David (2002). The Age of Discovery, 1400–1600, Lancaster pamphlets. Routledge. ISBN 978-0-415-27996-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Boxer, Charles Ralph (1969). The Portuguese Seaborne Empire 1415–1825
. Hutchinson. ISBN 978-0-09-131071-4. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Boxer, Charles Ralph (1977). The Dutch seaborne empire, 1600–1800. Taylor & Francis. ISBN 978-0-09-131051-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Braudel, Fernand (1992). The Wheels of Commerce, vol. II of Civilization and Capitalism 15th–18th Century. University of California Press. ISBN 978-0-520-08115-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Braudel, Fernand (1992). The perspective of the world. University of California Press. ISBN 978-0-520-08116-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Brook, Timothy (1998). The Confusions of Pleasure: Commerce and Culture in Ming China. University of California Press. ISBN 978-0-520-22154-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Burns, William E. (2001). The scientific revolution: an encyclopædia. ABC-CLIO. ISBN 978-0-87436-875-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Butel, Paul (1999). The Atlantic. Routledge. ISBN 978-0-415-10690-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Cole, Juan Ricardo (2002). Sacred Space and Holy War. I.B.Tauris. ISBN 978-1-86064-736-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Cook, Noble David (1998). Born to die: disease and New World conquest, 1492–1650. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-62730-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 07 April 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Crosby, Alfred W. Jr (2003). The Columbian Exchange: Biological and Cultural Consequences of 1492 (edisi ke-Dies Natalis Ke-30). Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-275-98092-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Cromer, Alan (1995). Uncommon Sense: The Heretical Nature of Science. Oxford University Press US. ISBN 978-0-19-509636-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Crow, John A. (1992). The Epic of Latin America
. University of California Press. hlm. 136. ISBN 978-0-520-07723-2. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Chen, Zhongping (2019). "Toward a Global Network Revolution: Zheng He's Maritime Voyages and Tribute-Trade Relations Between China and the Indian Ocean World". China and Asia. 1 (1): 3–49. doi:10.1163/2589465X-00101002.
- Daus, Ronald (1983). Die Erfindung des Kolonialismus. Wuppertal/Germany: Peter Hammer Verlag. ISBN 978-3-87294-202-9.
- Davenport, Frances Gardiner (1917). European Treaties Bearing on the History of the United States and Its Dependencies to 1648. Washington, DC: Carnegie Institute of Washington. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- De Lamar, Jensen (1992). Renaissance Europe: age of recovery and reconciliation. D.C. Heath. ISBN 978-0-669-20007-2.
- Diffie, Bailey (1977). Foundations of the Portuguese Empire, 1415–1580. University of Minnesota Press. ISBN 978-0-8166-0782-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 November 2016. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Diffie, Bailey (1960). Prelude to empire: Portugal overseas before Henry the Navigator. University of Nebraska Press. ISBN 978-0-8032-5049-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Dymytryshyn, Basil, E.A.P. Crownhart-Vaughan, Thomas Vaughan (1985). Russia's conquest of Siberia, 1558–1700: a documentary record (dalam bahasa Rusia). Western Imprints, The Press of the Oregon Historical Society. ISBN 978-0-8032-5049-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Juni 2013. Diakses tanggal 10 Februari 2016.
- Donkin, R.A. (2003). Between East and West: the Moluccas and the Traffic in Spices up to the arrival of Europeans. Memoirs of the American Philosophical Society, Diane Publishing. hlm. 1. ISBN 978-0-87169-248-1. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Dunn, Ross E. (2004). The adventures of Ibn Battuta, a Muslim traveler of the fourteenth century. University of California Press. ISBN 978-0-520-24385-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Dunton, Larkin (1896). The World and Its People. Silver, Burdett.
- Ebrey, Patricia Buckley, Anne Walthall, James B. Palais (2006–2008). East Asia: A Cultural, Social, and Political History. Houghton Mifflin. ISBN 978-0-618-13384-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Fisher, Raymond H. (1981). The Voyage of Semen Dezhnev in 1648. The Hakluyt Society. ISBN 978-0-904180-07-7.
- Fiske, John (1892–2009). The Discovery of America: With Some Account of Ancient America and the Spanish Conquest. Houghton Mifflin. ISBN 978-1-110-32015-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Forbes, Jack D. (1993). Africans and Native Americans: the language of race and the evolution of Red-Black peoples. University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06321-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 07 April 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011. il
- Gernet, Jacques (1962). Daily life in China, on the eve of the Mongol invasion, 1250–1276
. Stanford University Press. hlm. 1. ISBN 978-0-8047-0720-6. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Gitzen, Garry (2011). Francis Drake in Nehalem Bay 1579, Setting the Historical Record Straight. Fort Nehalem. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Oktober 2011. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Goodrich, Luther Carrington, Chao-ying Fang, Ming Biographical History Project Committee – Association for Asian Studies. (1976). Dictionary of Ming biography, 1368–1644. Columbia University Press. ISBN 978-0-231-03833-1.
- Gutierrez, Ramon A, and Richard J. Orsi (1998). Contested Eden: California before the Gold Rush. University of California Press. ISBN 978-0-520-21274-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Hacquebord, Louwrens (September 1995). "In Search of Het Behouden Huys: A Survey of the Remains of the House of Willem Barentsz on Novaya Zemlya" (PDF). Arctic. 48 (3): 250. CiteSeerX 10.1.1.505.5702
. doi:10.14430/arctic1246. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 27 Maret 2009. Diakses tanggal 08 Maret 2009.
- Hochstrasser, Julie (2007). Still life and trade in the Dutch golden age. Yale University Press. ISBN 978-0-300-10038-9.
- Howard, David and John Ayers (1978). China for the West: Chinese Porcelain and other Decorative Arts for Export, Illustrated from the Mottahedeh Collection. London and New York: Sotheby Parke Bernet.
- Lach, Donald F., Edwin J. Van Kley (1998). Asia in the Making of Europe, Volume III: A Century of Advance. Book 3: Southeast Asia. University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-46768-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Lawson, Edward W. (2007). The Discovery of Florida and Its Discoverer Juan Ponce de Leon. Kessinger Publishing. ISBN 978-1-4325-6124-6.
- Lincoln, W. Bruce (2007). The Conquest of a Continent: Siberia and the Russians. Cornell University Press. ISBN 978-0-8014-8922-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Locke, John (1824). The works of John Locke: in nine volumes, Volume 9" The history of navigation. C. and J. Rivington. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Love, Ronald S. (2006). Maritime Exploration in the Age of Discovery, 1415–1800. Greenwood Press. ISBN 978-0-313-32043-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Mancall, Peter C. (1999). "The Age of Discovery" in The Challenge of American History, ed. Louis Masur. Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0-8018-6222-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Medina (1974). El Piloto Juan Fernandez descubridor de las islas que ilevan su hombre, y Juan Jufre, armador de la expedicion que hizo en busca de otras en el mar del zur (dalam bahasa Spanyol). Gabriela Mistral. ISBN 978-0-313-32043-9.
- Milton, Giles (1999). Nathaniel's Nutmeg. London: Sceptre. ISBN 978-0-340-69676-7.
- Morison, Samuel Eliot (2007). Admiral of the Ocean Sea: The Life of Christopher Columbus. Read Books. ISBN 978-1-4067-5027-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Mutch, T.D. (1942). The First Discovery of Australia. Sydney: Journal of the Royal Australian Historical Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Juni 2011. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Newitt, Malyn D.D. (2005). A History of Portuguese Overseas Expansion, 1400–1668. Routledge. ISBN 978-0-415-23979-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Desember 2011. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Nowell, Charles E. (1947). The Discovery of the Pacific: A Suggested Change of Approach. The Pacific Historical Review" (Volume XVI, Number 1).
- Otfinoski, Steven (2004). Vasco Nuñez de Balboa: explorer of the Pacific. Marshall Cavendish. ISBN 978-0-7614-1609-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Pacey, Arnold (1991). Technology in world civilization: a thousand-year history. MIT Press. ISBN 978-0-262-66072-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Pagden, Anthony (1993). European Encounters with the New World: From Renaissance to Romanticism. New Haven: Yale University Press.
- Paine, Lincoln P. (2000). Ships of discovery and exploration. Houghton Mifflin Harcourt. ISBN 978-0-395-98415-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Parry, J. H. (1981). The Age of Reconnaissance. University of California Press. ISBN 978-0-520-04235-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Parry, J. H. (1981). The Discovery of the Sea. University of California Press. hlm. 1. ISBN 978-0-520-04237-7. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Penrose, Boies (1955). Travel and Discovery in the Renaissance:1420–1620. Harvard University Press. ISBN 978-0-689-70153-5.
- Pfoundes, C. (1882). Notes on the History of Eastern Adventure, Exploration, and Discovery, and Foreign Intercourse with Japan. Transactions of the Royal Historical Society (Volume X).
- Restall, Matthew (2004). Seven Myths of the Spanish Conquest. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-517611-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Russell-Wood, A.J.R. (1998). The Portuguese empire, 1415–1808: a world on the move. JHU Press. ISBN 978-0-8018-5955-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Sen, Tansen (2016). "The Impact of Zheng He's Expeditions on Indian Ocean Interactions". Bulletin of the School of Oriental and African Studies. 79 (3): 609–636. doi:10.1017/S0041977X16001038.
- Spence, Jonathan D. (1999). The Chan's Great Continent: China in Western Minds. W.W. Norton & Co. ISBN 978-0-393-31989-7.
- Spufford, Peter (1989). Money and its Use in Medieval Europe. Cambridge, UK: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-37590-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Bagrow, Leo, R.A. Skelton (1964). History of cartography. Transaction Publishers, 2009. ISBN 978-1-4128-1154-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Synge, J.B. (2007). A Book of Discovery. Yesterday's Classics. ISBN 978-1-59915-192-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Juni 2011. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Tamura, Eileen H.; Mention, Linda K.; Lush, Noren W.; Tsui, Francis K.C.; Cohen, Warren (1997). China: Understanding Its Past. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-1923-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Tracy, James D. (1994). Handbook of European History 1400–1600: Late Middle Ages, Renaissance, and Reformation. Boston: Brill Academic Publishers. ISBN 978-90-04-09762-9.
- Tsai, Shih-Shan Henry (2002). Perpetual Happiness: The Ming Emperor Yongle. University of Washington Press. ISBN 978-0-295-98124-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Volker, T. (1971). Porcelain and the Dutch East India Company: as recorded in the Dagh-registers of Batavia Castle, those of Hirado and Deshima and other contemporary papers, 1602–1682. E.J. Brill.
- Walton, Timothy R. (1994). The Spanish Treasure Fleets. Pineapple Press (FL). ISBN 978-1-56164-049-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
- Weddle, Robert S. (1985). Spanish Sea: the Gulf Of Mexico in North American Discovery, 1500–1685. Texas A&M University Press. ISBN 978-0-89096-211-4.
- Wilford, John Noble (1982). The Mapmakers, the Story of the Great Pioneers in Cartography from Antiquity to Space Age. Vintage Books, Random House. ISBN 978-0-394-75303-4.
- Zweig, Stefan (2007). Conqueror of the Seas – The Story of Magellan. Read Books. ISBN 978-1-4067-6006-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Juni 2011.
Sumber web
- "Amerigo Vespucci". Catholic Encyclopædia (New Advent). Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2011. Diakses tanggal 22 Juni 2010.
- "Ancient Silk Road Travelers". Silk Road Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Mei 2017. Diakses tanggal 14 Juni 2010.
- "By the road of pathfinders" (dalam bahasa Rusia). Sbaikal.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 November 2011. Diakses tanggal 19 Juni 2010.
- "Discovering Francis Drake's California Harbor". Drake Navigators Guild. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2011. Diakses tanggal 17 Juni 2010.
- "Oregon History of Francis Drake". Fort Nehalem Publishing. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2014. Diakses tanggal 10 Mei 2014.
- "Exploration–Jacques Cartier". The Historica Dominion Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 March 2010. Diakses tanggal 9 November 2009.
- "Ferdinand Magellan". Catholic Encyclopædia (New Advent). Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 January 2007. Diakses tanggal 14 January 2007.
- "Food Bacteria-Spice Survey Shows Why Some Cultures Like It Hot". ScienceDaily. March 5, 1998. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 3, 2018. Diakses tanggal February 28, 2018.
- Grunberg, Bernard (July–August 2007). "La folle aventure d'Hernan Cortés". L'Histoire. 322: 22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-29. Diakses tanggal 2010-06-17.
- "Historic and contemporary political and physical maps of California, including early exploration". University of San Francisco. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 August 2011. Diakses tanggal 14 January 2007.
- McNeill, J. R.; Sampaolo, Marco; Wallenfeldt, Jeff (30 September 2019). "Columbian Exchange". Encyclopædia Britannica. Edinburgh: Encyclopædia Britannica, Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 April 2020. Diakses tanggal 5 September 2021.
- "Issues and Trends in China's Demographic History". Columbia University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 June 2010. Diakses tanggal 4 June 2010.
- Eccles, W.J. "Jacques Cartier". Britannica Online Encyclopædia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 July 2010. Diakses tanggal 17 June 2010.
- "Juan Rodriguez Cabrillo". San Diego Historical Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 May 2009. Diakses tanggal 17 June 2010.
- "Maize Streak Virus-Resistant Transgenic Maize: an African solution to an African Problem". www.scitizen.com. August 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 December 2019. Diakses tanggal 14 June 2010.
- "The Cabot Dilemma: John Cabot's 1497 Voyage & the Limits of Historiography". Derek Croxton, University of Virginia. Diarsipkan dari versi asli ((on subscription)) tanggal 9 July 2011. Diakses tanggal 15 June 2010.
- "The European Voyages of Exploration". The Applied History Research Group, University of Calgary. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 July 2010. Diakses tanggal 22 June 2010.
- "The Lost Fort of Columbus". Smithsonian Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 December 2007. Diakses tanggal 14 June 2010.
- "The Perfilyevs family" (dalam bahasa Rusia). VSP.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 May 2010. Diakses tanggal 19 June 2010.
- "Super-Sized Cassava Plants May Help Fight Hunger In Africa". Researchnews, The Ohio State University. May 24, 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 8, 2013.
- "Willem Barentsz and the Northeast passage". University Library of Tromsø – The Northern Lights Route. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2011. Diakses tanggal 18 June 2010.
Pranala luar
Sumber pustaka mengenai Abad Penjelajahan Samudra |
Media tentang Abad Penjelajahan Samudra di Wikimedia Commons
- "The Faustian Impulse and European Exploration" di The Fortnightly Review (diarsipkan tanggal 27 April 2017)
Konten ini disalin dari wikipedia, mohon digunakan dengan bijak.