Chat WhatsApp
Info Beasiswa
Semarang Ungaran Ambarawa Kendal Weleri Kaliwungu Salatiga Pusat Ensiklopedia
Brosur PMB Universitas
Pendaftaran Online
  • Home
  • Maksud dan Tujuan
  • Pendaftaran Mahasiswa
  • Kampus Maps
  • Program Studi
  • Uang/Biaya Perkuliahan
  • Apa Keunggulannya
  • Pelaksanaan Pendidikan
  • Batas Waktu Kuliah
  1. Ensiklopedia Dunia
  2. Batavia
Batavia
KLIK DISINI UNTUK MELIHAT PENGUMUMAN SBMPTN 2022
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Batavia" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
(Juni 2021)
Untuk kegunaan lain, lihat Batavia (disambiguasi).
Batavia

1619–1949
{{{coat_alt}}}
Lambang
Semboyan: "Dispereert Niet" (Belanda: "Jangan berputus asa")
Peta Batavia ca. 1914
Peta Batavia ca. 1914
StatusKoloni Belanda
Ibu kota
Pemukiman utamaWeltevreden
Sejarah 
• Invasi VOC
30 Mei 1619
• Jeda kekuasaan Prancis dan Inggris
1806–1816
• Masa Pendudukan Jepang
1942–1945
• Konferensi Meja Bundar
27 Desember 1949
Luas
 - Total
182 km2[a]
Mata uangGulden Hindia Belanda
Didahului oleh
Digantikan oleh
Jayakarta
Jakarta
Sekarang bagian dari Indonesia
Detil perisai pada lambang kota Batavia

Batavia atau Batauia[1] adalah ibu kota Hindia Belanda, yang wilayahnya kini kurang lebih menjadi Jakarta, ibu kota Indonesia. Batavia didirikan di pelabuhan bernama Jayakarta yang direbut dari kekuasaan Kesultanan Banten. Sebelum dikuasai Banten, bandar ini dikenal sebagai Kalapa atau Sunda Kelapa, dan merupakan salah satu titik perdagangan Kerajaan Sunda. Dari kota pelabuhan inilah VOC mengendalikan perdagangan dan kekuasaan militer dan politiknya di wilayah Nusantara.

Nama Batavia dipakai sejak sekitar tahun 1621 sampai tahun 1942, ketika Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang. Sebagai bagian dari de-Nederlandisasi, nama kota diganti menjadi Djakarta.

Asal nama

Nama Batavia berasal dari suku Batavi, sebuah suku Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein pada Zaman Kekaisaran Romawi. Bangsa Belanda dan sebagian bangsa Jerman adalah keturunan dari suku ini.

Batavia juga merupakan nama sebuah kapal layar tiang tinggi yang cukup besar asal Belanda yang dimililki perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC), dibuat pada 29 Oktober 1628, dinakhodai oleh Kapten Adriaan Jakobsz. Kapal tersebut kini berada di sebuah museum di Fremantle, Australia. Kapal tersebut akhirnya kandas di pesisir Beacon Island, Australia Barat. Dan seluruh awaknya yang berjumlah 268 orang berlayar dengan perahu sekoci darurat menuju kota Batavia ini.

Sejarah

Kastil Batavia, dilihat dari Kali Besar Barat oleh Andries Beeckman, sekitar tahun 1656-1658

Sunda Kelapa

Bukti tertua mengenai eksistensi permukiman penduduk yang sekarang bernama Jakarta adalah Prasasti Tugu yang tertanam di desa Batu Tumbuh, Jakarta Utara. Prasasti tersebut berkaitan dengan 4 prasasti lain yang berasal dari zaman kerajaan Hindu, Tarumanegara ketika diperintah oleh Raja Purnawarman. Berdasarkan Prasasti Kebon Kopi, nama Sunda Kalapa (Sunda Kelapa) sendiri diperkirakan baru muncul abad sepuluh.

Permukiman tersebut berkembang menjadi pelabuhan, yang kemudian juga dikunjungi oleh kapal-kapal dari mancanegara. Hingga kedatangan orang Portugis, Sunda Kalapa masih di bawah kekuasaan kerajaan Hindu lain, Pakuan Pajajaran. Sementara itu, Portugis telah berhasil menguasai Malaka, dan tahun 1522 Gubernur Portugis d'Albuquerque mengirim utusannya, Enrique Leme yang didampingi oleh Tomé Pires untuk menemui Raja Sangiang Surawisesa. Pada 21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian persahabatan antara Pajajaran dan Portugis. Diperkirakan, langkah ini diambil oleh sang raja Pakuan Pajajaran tersebut guna memperoleh bantuan dari Portugis dalam menghadapi ancaman Kesultanan Demak, yang telah menghancurkan beberapa kerajaan Hindu, termasuk Majapahit. Namun ternyata perjanjian ini sia-sia saja, karena ketika diserang oleh Kerajaan Islam Demak, Portugis tidak membantu mempertahankan Sunda Kalapa.

Jayakarta

Pelabuhan Sunda Kalapa diserang oleh tentara Kesultanan Demak pada 1526, yang dipimpin oleh Fatahillah, Panglima Perang asal Gujarat, India, dan jatuh pada 22 Juni 1527, dan setelah berhasil direbut, namanyapun diganti menjadi Jayakarta. Setelah Fatahillah berhasil mengalahkan dan mengislamkan Banten, Jayakarta berada di bawah kekuasaan Banten, yang kini menjadi kesultanan. Orang Sunda yang membelanya dikalahkan dan mundur ke arah Bogor. Sejak itu, dan untuk beberapa dasawarsa abad ke-16, Jayakarta dihuni orang Banten yang terdiri dari orang yang berasal dari Demak dan Cirebon.

Sampai Jan Pieterszoon Coen menghancurkan Jayakarta (1619), orang Banten bersama saudagar Arab dan Tionghoa tinggal di muara Ciliwung. Selain orang Tionghoa, semua penduduk ini mengundurkan diri ke daerah kesultanan Banten waktu Batavia menggantikan Jayakarta (1619).

Batavia

Bendera maritim yang pernah digunakan Batavia dari akhir abad ke-18 hingga abad ke-19

Pieter Both yang menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama, lebih memilih Jayakarta sebagai basis administrasi dan perdagangan VOC daripada pelabuhan Banten, karena pada waktu itu di Banten telah banyak kantor pusat perdagangan orang-orang Eropa lain seperti Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, sedangkan Jayakarta masih merupakan pelabuhan kecil.

Pada tahun 1611 VOC mendapat izin untuk membangun satu rumah kayu dengan fondasi batu di Jayakarta, sebagai kantor dagang. Kemudian mereka menyewa lahan sekitar 1,5 hektare di dekat muara di tepi bagian timur Sungai Ciliwung, yang menjadi kompleks perkantoran, gudang dan tempat tinggal orang Belanda, dan bangunan utamanya dinamakan Nassau Huis.

Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal (1618–1623), ia mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis yang dinamakan Mauritius Huis, dan membangun tembok batu yang tinggi, di mana ditempatkan beberapa meriam. Tak lama kemudian, ia membangun lagi tembok setinggi 7 meter yang mengelilingi areal yang mereka sewa, sehingga kini benar-benar merupakan satu benteng yang kokoh, dan mulai mempersiapkan untuk menguasai Jayakarta.

Dari basis benteng ini pada 30 Mei 1619 Belanda menyerang Jayakarta, yang memberi mereka izin untuk berdagang, dan membumihanguskan keraton serta hampir seluruh pemukiman penduduk. Berawal hanya dari bangunan separuh kayu, akhirnya Belanda menguasai seluruh kota. Semula Coen ingin menamakan kota ini sebagai Nieuwe Hollandia, namun De Heeren Zeventien di Belanda memutuskan untuk menamakan kota ini menjadi Batavia, untuk mengenang orang Batavia.

Jan Pieterszoon Coen menggunakan semboyan hidupnya “Dispereert niet, ontziet uw vijanden niet, want God is met ons” menjadi semboyan atau motto kota Batavia, singkatnya “Dispereert niet” yang berarti “Jangan putus asa”.

Pada 4 Maret 1621, pemerintah Stad Batavia (kota Batavia) dibentuk[1]. Jayakarta dibumiratakan dan dibangun benteng yang bagian depannya digali parit. Di bagian belakang dibangun gudang juga dikitari parit, pagar besi dan tiang-tiang yang kuat. Selama 8 tahun kota Batavia sudah meluas 3 kali lipat. Pembangunannya selesai pada tahun 1650. Kota Batavia sebenarnya terletak di selatan Kastil yang juga dikelilingi oleh tembok-tembok dan dipotong-potong oleh banyak parit.

Pada awal abad ke-17 perbatasan antara wilayah kekuasaan Banten dan Batavia mula-mula dibentuk oleh Kali Angke dan kemudian Kali Cisadane. Kawasan sekitar Batavia menjadi kosong. Daerah di luar benteng dan tembok kota tidak aman, antara lain karena gerilya Banten dan sisa prajurit Mataram (1628-1629) yang tidak mau pulang.

Beberapa persetujuan bersama dengan Banten (1659 dan 1684) dan Mataram (1652) menetapkan daerah antara Cisadane dan Citarum sebagai wilayah kompeni. Baru pada akhir abad ke-17 daerah Jakarta sekarang mulai dihuni orang lagi, yang digolongkan menjadi kelompok budak belian dan orang pribumi yang bebas.

Pada 1 April 1905 nama Stad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia. Pada 8 Januari 1935 nama kota ini diubah lagi menjadi Stad Gemeente Batavia[2].

Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi "Jakarta" oleh Jepang untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II.

Penduduk

Orang Belanda jumlahnya masih sedikit sekali. Ini karena sampai pertengahan abad ke-19 mereka kurang disertai wanita Belanda dalam jumlah yang memadai. Akibatnya, banyak perkawinan campuran dan memunculkan sejumlah Indo di Batavia. Tentang para budak itu, sebagian besar, terutama budak wanitanya berasal dari Bali, walaupun tidak pasti mereka itu semua orang Bali. Sebab, Bali menjadi tempat singgah budak belian yang datang dari berbagai pulau di sebelah timurnya.

Sementara itu, orang yang datang dari Tiongkok, semula hanya orang laki-laki, karena itu mereka pun melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, terutama wanita Bali dan Nias. Sebagian dari mereka berpegang pada adat Tionghoa (misalnya penduduk dalam kota dan Cina Benteng di Tangerang), sebagian membaur dengan pribumi (terutama dengan orang Jawa dan membentuk kelompok Betawi Ora, misalnya: di sekitar Parung). Tempat tinggal utama orang Tionghoa adalah Glodok, Pinangsia dan Jatinegara.

Keturunan orang India -orang Koja dan orang Bombay- tidak begitu besar jumlahnya. Demikian juga dengan orang Arab, sampai orang Hadhramaut datang dalam jumlah besar, kurang lebih tahun 1840. Banyak di antara mereka yang bercampur dengan wanita pribumi, namun tetap berpegang pada kearaban mereka.

Di dalam kota, orang bukan Belanda yang selamanya merupakan mayoritas besar, terdiri dari orang Tionghoa, orang Mardijker dari India dan Sri Lanka dan ribuan budak dari segala macam suku. Jumlah budak itu kurang lebih setengah dari penghuni Kota Batavia.

Orang Jawa dan Banten tidak diperbolehkan tinggal menetap di dalam kota setelah 1656. Pada tahun 1673, penduduk dalam kota Batavia berjumlah 27.086 orang. Terdiri dari 2.740 orang Belanda dan Indo, 5.362 orang Mardijker, 2.747 orang Tionghoa, 1.339 orang Jawa dan Moor (India), 981 orang Bali dan 611 orang Melayu. Penduduk yang bebas ini ditambah dengan 13.278 orang budak (49 persen) dari bermacam-macam suku dan bangsa.

Sepanjang abad ke-18, kelompok terbesar penduduk kota berstatus budak. Komposisi mereka cepat berubah karena banyak yang mati. Demikian juga dengan orang Mardijker. Karena itu, jumlah mereka turun dengan cepat pada abad itu dan pada awal abad ke-19 mulai diserap dalam kaum Betawi, kecuali kelompok Tugu, yang sebagian kini pindah di Pejambon, di belakang Gereja Immanuel Jakarta. Orang Tionghoa selamanya bertambah cepat, walaupun sepuluh ribu orang dibunuh pada tahun 1740 di dalam dan di luar kota. Foto pada kartu pos dari awal abad ke 20 menggambarkan rumah-rumah Tionghoa di Mester atau Meester Cornelis sebutan Jatinegara pada zaman penjajahan Belanda dulu.

Penduduk Batavia yang kemudian dikenal sebagai orang Betawi sebenarnya adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa.

Wali kota

Artikel utama: Daftar Wali Kota Batavia
Wiki letter w.svg
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. Mohon tulis paragraf pembuka yang informatif sehingga pembaca dapat memahami maksud dari "Batavia".
Contoh paragraf pembuka "Batavia adalah ...".
(Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)
# Potret Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Ket. Wakil Wali Kota
Flag of the Netherlands.svg Burgemeester Batavia
1 G.J. Bisschop.jpg Mr.
G.J. Bisschop
Agustus 1916 Juni 1920 [ket. 1]
— 1924 Prof van Breen.jpg Prof. Ir.
Hendrik van Breen
Juni 1920 7 Agustus 1920 [ket. 2]
2 Mr. A. Meyroos.jpg Mr.
A. Meijroos
7 Agustus 1920 20 April 1933 [3]
3 EA Voorneman.jpg Ir.
E. A. Voorneman
20 April 1933 1941 [4]
— Archibald Bogaardt (1964).jpg Drs.
Archibald Theodoor Bogaardt
1941 1941 [ket. 2]
(3) EA Voorneman.jpg Ir.
E. A. Voorneman
1941 1942
Flag of Japan (1870–1999).svg ジャカルタ特別市長 War flag of the Imperial Japanese Army.svg
— Bagindo Dahlan Abdullah.jpg Bagindo Dahlan Abdullah Maret 1942 8 Agustus 1942 [ket. 3]
1 Sakae Tsukamoto
(塚本栄)
8 Augustus 1942 14 Juni 1943 [ket. 4]
2 Katsuyasu Yoshie
(吉江勝保)
14 Juni 1943 17 Juli 1944
3 Shigeo Hasegawa.png Shigeo Hasegawa
(長谷川茂雄)
17 Juli 1944 23 September 1945 Suwiryo
Bagindo Dahlan Abdullah
Flag of the Netherlands.svg Burgemeester Batavia
4 Archibald Bogaardt (1964).jpg Drs.
Archibald Theodoor Bogaardt
1 November 1946 28 Juni 1947 [6]
5 Elbert Marinus Stok 28 Juni 1947 26 Agustus 1948 [7]
6 Robert Thomas Praaning 26 Agustus 1948 20 April 1949 [8]
7 Sastromoeljono.jpg Sastromoeljono 20 April 1949 30 Maret 1950 [8]

Keterangan

  1. ^ Sebagai Batavia Burgemeester (Wali Kota Batavia)[2]
  2. ^ a b Waarnemend Burgemeester
    (Pejabat Wali Kota)[2]
  3. ^ Pelaksana Tugas[5]
  4. ^ Sebagai バタビア特別市長 (Wali Kota Istimewa Batavia) sebelum Desember 1942 dan ジャカルタ特別市長 (Wali Kota Istimewa Jakarta) setelah itu[5]

Referensi

  1. ^ (Belanda) Institut voor taal-, land- en volkenkunde von Nederlandsch Indië, The Hague. Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië. 3. M. Nijhoff, 1855. hlm. 289. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  2. ^ a b "Decentralisatie-Jubilea: Batavia en Buitenzorg". De Indische Courant (dalam bahasa Belanda). 28 Maret 1940. 
  3. ^ "Mr. Meijroos Burgemeester van Batavia". De Telegraaf (dalam bahasa Belanda). 9 Agustus 1920. Diakses tanggal 19 November 2015. 
  4. ^ "Burgemeester van Batavia Ir. E.A. Voorneman benoemd". De Indische Courant (dalam bahasa Belanda). 20 April 1933. Diakses tanggal 19 November 2015. 
  5. ^ a b 秦郁彥, ed. (2001-11). 日本官僚制総合事典 1868-2000: 付主要企業トップ一覧 (dalam bahasa Jepang). 東京大学出版会. hlm. 140. ISBN 4130301217.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
  6. ^ "Rijswijks Scheidende Burgermeester Archibald Bogaardt: 'In de vijfde werk ik van de HBS gefflikker'". Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad (dalam bahasa Bahasa Belanda). 8 September 1973. Diakses tanggal 19 November 2015. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  7. ^ "Nieuwe wnd. burgemeester van Batavia". Leeuwarder courant. 26 June 1947. Diakses tanggal 15 December 2019. 
  8. ^ a b "NIEUWE BURGEMEESTER". Het dagblad. 26 August 1948. Diakses tanggal 15 December 2019. 

Lihat pula

  • Jakarta
  • Sunda Kelapa
  • Gerbang Amsterdam
  • Batavia Air

Referensi

Catatan

  1. ^ Pada tahun 1926 sebagai Stadsgemeente Batavia

Pranala luar

  • (Indonesia) VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie)
  • (Inggris) Foto Jakarta tahun 1890-an @ YouTube.com
  • (Inggris) Batavia Tahun 1919 @ YouTube.com
  • l
  • b
  • s
Topik mengenai Batavia
Daerah
Duizendeilanden
  • Noord Wachter
  • Hoorn Eiland
  • Kokosnoot Eiland
  • Kuyper Eiland
  • Purmerend Eiland
  • Onrust Eiland
  • Edam Eiland
  • Kherkof Eiland
  • Rotterdam Eiland
  • Schiedam Eiland
  • Amsterdam Eiland
  • Middbur Eiland
Benedenstad
  • Oud Batavia
  • Anké
  • Pekodjan
  • Pendjaringan
  • Zoutelande/Antjol
  • Tandjong Priok
  • Tjilintjing
  • Maroenda
  • Glodokplein
  • Molenvliet
  • Harmonieplein
Bovenstad
  • Weltevreden
  • Senen
  • Kemajoran
  • Kramatplein
  • Salemba
  • Menteng
  • Koningsplein
  • Waterlooplein
  • Tanah Abang
  • Meester Cornelis
  • Kampong Melajoe
Ommelanden
  • Pantjoran
  • Tjililitan
  • Tsji Ondet
  • Paal Merah
  • Tjenkarang
  • Kebajoran
  • Tjigandjoer
  • Ragoenan
  • Tjipoetat
  • Tjiledoek
  • Tangerang
  • Depok
  • Tjimanggis
  • Bekasi
  • Djaboeng
  • Komzeen
  • West Tandjoeng
  • Oost Tandjoeng
  • Tjitrap
  • Tjiseeng
  • Paroeng
  • Tjibinong
  • Buitenzorg
  • Tjileungsi
  • Soekaboemi
  • Tjiandjoer
Lambang Kota Batavia
Jalan

Molenvliet Oost · Molenvliet West · De Groote Postweg · Rijswijk · Noordwijk · Princen Laan · Sluisburg Straat · Nieuwpoort Straat · Parapattan Straat · Nassau Boulevard · Van Heutsz Boulevard · Orange Boulevard · Oude Tamarinde Laan · Jacatraweg · Koningsplein Straat · Landhuisweg · JP Coenweg · Mampangweg · Nieuwe Vliegveldlaan · Senenweg · Rijswrjkstraat · Kemajoranweg · Matramanweg · Drukkerijweg · Bacharachtsgracht · Passerstraat

Taman

Stadhuisplein · Wilhelminapark · Voetbalbond Indische Omstreken Sport · Burgemeester Bischoplein · Planten En Dierentuin

Tim Sepak Bola

Voetbalbond Batavia en Omstreken · VIJ Jacatra

Bangunan
Pelabuhan
  • Batavia
  • Tandjoengpriok
Stasiun Kereta Api
  • Tandjoengpriok
  • Batavia Noord
  • Batavia Zuid
  • Kleine Boom
  • Hemradenplein
  • Batavia-Benedenstad
  • Pasar Pagi
  • Amsterdamse Port
  • Kampoengbandan
  • Antjol
  • Doeri
  • Goenoengsarie
  • Pisangbatoe
  • Kemajoran
  • Passar Senen
  • Salemba
  • Kramat
  • Sawah Besaar
  • Noordwijk
  • Batavia-Koningsplein
  • Gondangdia
  • Dierentuin
  • Tjikini
  • Pegangsaän
  • Tanah-Abang
  • Karet
  • Mampang
  • Manggarai
  • Meester Cornelis NIS
  • Kebonpala
  • Gang Solitude
  • Meester Cornelis SS
  • Pasarminggoe
  • Tjililitan
  • Paal-Merah
  • Kebajoran
Halte Trem
  • Pasar Ikan
  • Amsterdamse Port
  • Batavia
  • Asemka
  • Djembatan Lima
  • Glodok
  • Tangki
  • Prinsenlaan
  • Pisangbatoe
  • Kali Groot
  • Goenoeng Sahari
  • Sawah Besaar
  • Pintoe Besi
  • Harmonie
  • Koningsplein Noordwest
  • Rijswijk
  • Noordwijk
  • Schouwburg
  • Departement van Marine
  • Kebondjahe
  • Fromberg Park
  • Waterlooplein
  • Koningsplein
  • Stoviaweg
  • Pasar Senen
Bandara
  • Tjililitan
  • Kemajoran
Tempat Pemerintahan
  • Gebouw van de Raad van Justitie te Batavia
  • De Hooggerechsgebouw
  • Stadhuis van Batavia
  • Stad Gemeentehuis Batavia
  • Paleis te Rijswijk
  • Paleis te Koningsplein
  • Gebouw van de Raad van Indië te Batavia
  • Gebouw Volksraad
Rumah Besar
  • Landhuis Tjilintjing
  • Raden Saleh Huis
  • Baron van Inhof Huis
  • Landhuis van Reinier de Klerk
  • Landhuis Djipang
  • Landhuis Tjililitan
  • Landhuis Paal Merah
  • Landhuis van de Majoor-Chinees Khouw
  • Landhuis Tjenkarang
  • Landhuis Weltevreden
  • Het Groote Huis
  • Landhuis Pondok Ge deh
  • Tandjoeng-Oost Huis
Penjara
  • Glodok
  • Tjipinang
  • Gang Tengah
  • Boekit Doeri
Kastel/Benteng/Bastion
  • De Amsterdamse Poort
  • Oude Utrechtse Poort
  • Kasteel Batavia
  • Westzijdsche Pakhuizen
  • Oostzijdsche Pakhuizen
  • Waterkasteel
  • Bastion Amsterdam
  • Bastion Buren
  • Bastion Cuylenburg
  • Bastion Groningen
  • Bastion Grimbergen
  • Bastion Diest
  • Bastion Oranje
  • Bastion Enkhuizen
  • Bastion Overrijsel
  • Bastion Friesland
  • Bastion Gelderland
  • Bastion Hollandia
  • Bastion Vierkant
  • Bastion Zeeburg
  • Bastion Zeeland
  • Bastion Middelburg
  • Bastion Utrecht
  • Bastion Nassau
  • Bastion Rotterdam
  • Fort Anké
  • Fort Noordwijk
  • Fort Rijswijk
  • Fort Ancol
  • Fort Zouteland
  • Fort Jacatra
  • Fort Jacarta Buiten Batavia
  • Fort Meester Cornelis
  • Fort Prins Frederik Hendrik
  • Defensielijn Van Den Bosch
  • Defensielijn Van Den Bosch
  • Defensielijn Van Den Bosch
  • Fort Vijfhoek
Tempat Ibadah
  • Haantjes Kerk
  • De Portugeesche Binnenkerk
  • De Portugeesche Buitenkerk
  • Armeensche Kerk
  • De Portugeesche Kerk
  • Nassaukerk
  • De Hollandsche Kerk
  • Christelijke Kerk
  • De Bethelkerk
  • Engelsekerk
  • De Kathedraal
  • De St. Theresiakerk
  • De Willemskerk
  • Mesigit Loearbatang
  • Langgar Tinggi
  • Mesigit Pekojan
  • Mesigit Kampongsawah
  • Mesigit Manggadoea
  • Mesigit Kampongdalem
  • Mesigit Kampongbaroe
  • Mesigit Karet
  • Mesigit Angké
  • Mesigit Tjikini
  • Mesigit Tanahabang
  • Jin De Yuan Tempel
  • Antjol Tempel
Tempat Hiburan
  • Societiet Harmonie
  • Schouwburg
  • Bioscoop Metropool
  • Bioscoop Menteng
  • Bioscoop Manggarai
  • Bioscoop Rex Batavia
  • Bataviasche Kunstkring
Rumah Sakit
  • Groot Militair Hospitaal Weltevreden
  • Vereniging voor Ziekenverpleging Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini
  • Centrale Burgelijke Ziekeninrichting
  • Koninklijke Paketvaart Maatschappij Ziekeninrichting
Kantor Pos
dan Kantor Telegraf
  • Stadhuisplein
  • Tjikini
  • Weltevreden
  • Meester Cornelis
Kantor Telepon
  • Menteng
  • Koningsplein
Hotel
  • Hotel Schompler
  • Hotel des Indes
  • Grand Hôtel Java
  • Hotel der Nederlanden
  • Hotel Cavadino
  • Hotel des Galeries
Museum
  • Museum Van Het Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen Batavia
  • Oude Bataviasche Museum
Lapangan Bola
  • Viosveld
  • Vijveld
Pasar
  • Vismarkt
  • Passer Baroe
  • Pasar Gambir
  • Meester Passer
  • Pasar Senen
  • Pasar Tanah Abang
Mercusuar
  • Vuurtoren Batavia
  • De Uitkijk
Lain-Lain
  • Tugu Jam Batavia
  • Engelse Brug
  • Oger Freres
  • Standbeeld van Jan Pieterzoon Coen
  • Mohr observatory
  • Indonesische Clubhuis
  • Manggarai Sluis
  • Michiel Monument
  • Loge nummer 14
  • De Scheepswerf
Perusahaan Layanan
Masyarakat

Koninklijke Paketvaart Maatschappij · De Nederlandsche Handel-Maatschappij · Landarchief · Bataafsche Petroleum Maatschappij · Landsdrukkerij · Eijkman Instituut · N.V. de Bouwploeg · Batavia Oosterspoorweg Maatschappij · Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij · Staatsspoorwegen · Bataviasche Verkeers Maatschappij

Bank

De Javasche Bank · Postspaarbank · De Chartered Bank

Sarana Pendidikan

St. Aloysius Broederschool · School tot Opleiding van Indische Artsen · Geneeskundige Hoogeschool te Batavia · Rechtshoogeschool te Batavia · Ursulinen Klooster · Eerste School D · Meer Uitgebreid Lager Onderwijs · Prins Hendrick School · Algemene Middlebare School · Carpentier Alting Stichting Nassau School · Koning Willem III School te Batavia

Taman
Pemakaman Umum

Europese Kerkhof · Kerkhof Petamboeran · Ereveld Menteng Poelo · Ereveld Antjol

Transportasi
  • Tram
  • Dos-à-dos
  • Betjak
  • Oplet
  • Taxi
  • Eendaagsche Express

Daftar bangunan dan struktur kolonial di Jakarta
-->
Pusat Layanan

UNIVERSITAS STEKOM PUSAT
Jl. Majapahit 605 Semarang, Jawa tengah Indonesia
Phone: 081-777-5758
Email: pmb@stekom.ac.id